KATADATA ? Kondisi kelistrikan nasional 2014 diwarnai krisis berupa defisit di berbagai daerah. Menurut catatan PT Perusahaan Listrik Negara (persero), beberapa wilayah mengalami beban permintaan daya lebih tinggi dibanding kapasitas setrum yang dihasilkan.
Pembangkit listrik di Sulawesi Selatan misalnya, mengalami rata-rata defisit terbesar saat beban puncak. Dengan kapasitas 514 megawatt (MW), pembangkit ini tak berdaya melayani permintaan yang mencapai 810 MW, termasuk dari provinsi tetangga Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
Pembangkit di Batam menduduki peringkat kedua dengan angka defisit 172 MW. Beban puncak di wilayah ini tercatat 298 MW atau lebih besar di banding kapasitas terpasang yang hanya 125 MW. Daerah lain dengan defisit tertinggi adalah pembangkit di Nanggroe Aceh Darussalam. Beban permintaan mencapai 265 MW, atau lebih tinggi di banding kapasitas pembangkit yang hanya sebesar 113 MW.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, penyebab defisit di berbagai daerah itu karena kita hanya mampu membangun pembangkit baru dengan kapasitas 4.000 MW per tahun, atau lebih kecil dari kapasitas seharusnya 5.000 MW per tahun selama 2010-2014.
Oleh sebab itu, investasi pembangunan pembangkit listrik baru akan menjadi prioritas pemerintahan Jokowi. Kalla menargetkan pembangkit baru dengan kapasitas 7.000 MW per tahun atau setara 35 ribu MW dalam lima tahun. Untuk mencapai target itu, pemerintah telah membentuk tim khusus percepatan pembangunan listrik nasional.