Tren kasus positif infeksi virus SARS-CoV-2 di Jakarta terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikannya bahkan lebih tinggi ketimbang sebelum penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
Dalam sepekan terakhir (27 Agustus-2 September 2020), terdapat 952 rata-rata tambahan kasus per hari. Ini menempatkan Jakarta sebagai provinsi dengan kasus aktif tertinggi. Sebanyak 9.325 orang tengah dalam perawatan maupun isolasi mandiri. Angka itu setara dengan 21,7% kasus aktif nasional.
Hingga saat ini, hanya Jakarta yang memenuhi batas aman kapasitas tes Covid-19 berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi itu menargetkan sebuah wilayah dapat memeriksa minimal 1 orang per 1.000 penduduk dalam sepekan. Jakarta mampu memeriksa hingga 5 orang per 1.000 penduduk dalam seminggu terakhir.
Kendati demikian, tes yang tinggi tak cukup untuk menekan laju penularan Covid-19, jika tak dibarengi dengan pelacakan kontak. Ironisnya, pelacakan kontak di Jakarta masih lemah. Tiap satu kasus positif, pemerintah hanya mampu melacak dua orang lainnya. Padahal idealnya 30 orang perlu diisolasi atau karantina dari tiap satu kasus positif yang ditemukan.