Beberapa unggahan di media sosial menyatakan, vaksin Covid-19 dianggap tak efektif jika seseorang tak merasakan efek samping setelah mendapat suntikan. Klaim tersebut dinilai menyesatkan, sebab reaksi setelah menerima vaksin tak mencerminkan seberapa sehatnya seseorang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa vaksin memang dirancang membentuk kekebalan tubuh tanpa risiko terkena penyakit. Umumnya, sistem imun akan memerintahkan badan untuk bereaksi, sebab tekanan darah meningkat sehingga sel imun dapat bersirkulasi. Hal tersebut akan diikuti dengan peningkatan suhu tubuh guna membunuh virus. (Baca: Mengapa Keparahan Gelombang Baru Covid-19 Tak Merata di Dunia?)
Merasakan efek samping menandakan bahwa vaksin sedang bekerja dalam tubuh. Meski demikian, tak mengalami efek samping bukan berarti vaksin tak efektif. Itu artinya tiap orang merespons vaksin secara berbeda.
“Tak ada korelasi antara absennya efek samping reaktogenik dan efikasi vaksin. Jadi, siapa pun yang tak merasakan efek samping juga dilindungi vaksin,” ujar Wakil Dekan Kesehatan Global NUS Saw Swee Hock School of Public Health, Profesor Hsu Li Yang, dikutip dari The Straits Times.
Respons individu terhadap vaksin berbeda-beda. Vaksin tetap bekerja pada individu yang tak merasakan efek samping. Setidaknya 20% individu tak merasakan efek samping setelah imunisasi. (Baca: Bolong-bolong PPKM Darurat Meredam Ledakan Covid-19)
Sebaliknya, mayoritas individu akan merasakan efek selama beberapa hari. Tingkatannya ringan hingga sedang, seperti nyeri, demam, kelelahan, sakit kepala, dan mual.
Kesimpulannya, informasi yang menyebutkan vaksin tak efektif jika individu tak merasakan efek samping adalah keliru. Sebab tiap orang merespons vaksin dengan berbeda-beda.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.