Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan Fomepizole sebagai obat gangguan ginjal akut bagi anak-anak Indonesia. Berjenis antidotum, Fomepizole menghambat kerja alkohol dehidrogenase, sebuah enzim dalam tubuh yang bertugas mengubah etilen glikol menjadi racun.
Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjelaskan, obat ini telah dirujuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, hanya Fomepizole obat yang siap dipakai dibandingkan obat lainnya. Kemenkes pun mencatut efektivitas obat ini bisa mencapai 90%.
“Obat ini gratis, tidak berbayar kepada pasien,” kata Syahril dalam konferensi pers virtual, Selasa, 25 Oktober 2022.
Sebelumnya, Fomepizole telah disuntikkan kepada 11 orang pasien di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sebanyak 10 dari 11 pasien mengalami perbaikan secara klinis. Setiap pasien membutuhkan lima dosis Fomepizole.
Di tubuh ke-10 pasien tersebut tidak ada lagi kandungan etilen glikol yang terdeteksi. Kendati demikian, obat ini memiliki beberapa efek samping ringan seperti rasa logam di mulut, mual, pusing di sakit kepala, hingga mengantuk.
Hingga Senin (31/10), sudah ada total 236 vial Fomepizole yang sampai di Indonesia. Rinciannya, 200 vial hibah dari Jepang, 20 vial dari Singapura, dan 16 vial dari Australia. Kemenkes menargetkan pesanan Fomepizole sebanyak 200.000 vial dan kini sedang menjajaki peluang mendatangkan Fomepizole dari Amerika Serikat dan Kanada.
Adapun harga per vial Fomepizole sekitar Rp16 juta dan anggaran untuk pembelian Fomepizole mencapai Rp3,2 triliun. Dengan perhitungan itu, seluruh Fomepizole bisa mengobati 40.000 pasien gangguan ginjal akut.