Dalam beberapa minggu terakhir, langit Jakarta tertutup kabut gelap. Data indeks kualitas udara menunjukkan kabut ini utamanya disebabkan oleh polusi.
IQAir, yang memantau kualitas udara di berbagai kota dunia, mencatat kualitas udara di Jakarta sempat berada di taraf tidak sehat selama 15 hari. Dalam sebulan terakhir, buruknya kualitas udara Ibu Kota bahkan sama seperti menghisap 2,5 batang rokok per hari.
Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, sempat melempar candaan ketika ditanya solusi untuk mengatasi polusi udara ini. “Iya, saya tiup saja,” katanya pada Senin (12/6).
Ia mengatakan akan mempercepat pengadaan kendaraan listrik untuk mengatasi masalah polusi udara dari sektor transportasi. Tidak hanya itu, pemerintah provinsi juga akan memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai candaan Heru tersebut nirempati. Pasalnya, banyak masyarakat terancam kesehatannya akibat polusi udara.
“Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak dasar manusia yang harus dipenuhi pemerintah, termasuk hak atas udara yang sehat,” kata Pengkampanye Walhi Jakarta Muhammad Aminullah dalam keterangan tertulis, kemarin.
Solusi polusi udara seharusnya tidak berhenti dengan pengadaan kendaraan listrik. Pasalnya, sumber masalah ini sebagian besar karena pemakaian pembangkit listrik tenaga batu bara alias PLTU.