Jempol netizen Indonesia mungkin memang tidak bertulang. Tanpa melakukan konfirmasi atau verifikasi, gampang berkomentar atau menyebarkan informasi yang belum jelas pangkal soalnya. Salah satu contoh yang viral belum lama ini adalah video seorang petugas keamanan di Plaza Indonesia yang memukul seekor anjing K-9 yang diasuhnya.

Sontak potongan video tersebut tersebar luas di jagat media sosial (medsos). Akibatnya, pihak Plaza Indonesia sempat menghentikan kontrak dengan perusahaan pemasok tenaga penjaga keamanan tersebut. Nasarius, petugas satpam yang terekam pun dipecat. 

Namun, sebuah rekaman CCTV menguak fakta berbeda dari video yang viral. Ternyata tindakan Nasarius bukan tanpa sebab. Dia terpaksa memukul anjing sebagai bentuk pendisiplinan karena “Fay” nama si anjing telah menggigit seekor anak kucing. 

Munculnya video “tandingan” tersebut mengubah narasi di media sosial dari menyerang menjadi mendukung Nasarius. Berbekal video CCTV, pihak Polsek Metro Menteng lalu mempertemukan pihak Plaza Indonesia, Nasarius, vendor penjaga keamanan, serta dua pengunggah video viral yaitu Robby Purba dan Marlene Hariman. 

Mediasi ini berakhir damai dengan kedua pengunggah video meminta maaf karena menyebarkan informasi yang tidak lengkap. Kapolsek Menteng Kompol Bayu Marfiando mengatakan, pemeriksaan terhadap anjing juga tidak menemukan luka-luka yang membahayakan. Ini menunjukkan pemukulan yang dilakukan sebagai bentuk “koreksi” atau pelajaran.

“Jadi, kita clear dari ketiga belah pihak sudah sepakat bahwa permasalahan ini sudah selesai,” kata Bayu dikutip dari akun Instagram Polsek Metro Menteng, Selasa (11/06).

Selanjutnya, kuasa hukum vendor keamanan mengatakan pihaknya dan Plaza Indonesia sudah berdiskusi untuk kembali bekerja sama. Nasarius pun batal dipecat. 

Gampang tersulutnya warganet Indonesia terhadap informasi yang belum jelas menunjukkan literasi medsos masih perlu diperbaiki. Survei yang dilakukan Microsoft pada 2021 pernah menunjukkan, netizen Indonesia tergolong memiliki keadaban internet yang rendah, yakni berada di posisi 29 dari 32 negara. Padahal aktivitas berselancar di medsos termasuk tertinggi yakni berada di peringkat 9 dari 53 negara yang disurvei We are Social.

Reporter: Bintan Insani