Indonesia mengungkapkan ketertarikan untuk bergabung dengan kelompok negara ekonomi berkembang BRICS. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Kazan, Rusia, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, mengatakan bergabungnya Indonesia dalam BRICS bisa menjadi perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif.

“Bukan berarti kami ikut kubu tertentu, melainkan kami berpartisipasi aktif di semua forum," kata Sugiono dalam keterangan tertulis pada 26 Oktober lalu.

Organisasi ini awalnya bernama BRIC atau kependekan dari Brasil, Rusia, India, dan Cina. Awalnya, ekonom Goldman Sachs, Jim O’neil dalam penelitiannya pada 2001 menilai pertumbuhan ekonomi negara BRIC mampu menantang negara-negara kaya alias G7 yang cukup mendominasi ekonomi dunia.

Pada 2006 diadakan Pertemuan Tingkat Tinggi Menteri untuk BRIC yang pertama kali diinisiasi Rusia bersama Brasil, India, dan Cina. Pascapersetujuan pada 2006, BRIC resmi terbentuk pada KTT BRIC yang dilaksanakan pada 16 Juni 2009 untuk memantapkan visi BRIC sebagai blok negara ekonomi berkembang.

Pasca bergabungnya Afrika Selatan pada 2010, nama organisasi ini berubah menjadi BRICS. Kini anggota BRICS telah menjadi sembilan negara setelah bergabungnya Mesir, Iran, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab pada 2023.

BRICS hadir sebagai organisasi luar negeri yang ingin mengubah tatanan ekonomi dunia yang selama ini dinilai didominasi oleh kekuatan negara barat. Untuk itu BRICS juga berencana mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Indonesia dinilai memiliki keuntungan jika menjadi anggota BRICS. Mulai dari akses terhadap kerja sama & perdagangan yang lebih luas karena mencakup beberapa negara Afrika. 

BRICS juga dinilai membuka akses investasi dan pendanaan lebih luas, karena BRICS memiliki badan keuangan seperti Contingent Reserve Arrangement (CRA) dan NDB (New Development Bank) yang difungsikan sebagai dukungan ekonomi untuk negara anggotanya.
Data Bank Dunia dan Trademap menunjukkan bahwa BRICS merupakan blok dengan potensi ekonomi yang baik. Pada 2023, kelompok negara berkembang ini memiliki PDB US$27,4 triliun atau 26% dari total PDB dunia. 

Selain itu populasi negara BRICS sebesar 3,6 miliar jiwa, atau 45% dari total penduduk dunia, dan mencatatkan nilai impor global sebesar US$92,5 miliar atau 17,7% dari impor global. Pada tahun yang sama, nilai ekspor Indonesia ke negara-negara BRICS mencapai US92,5 miliar atau 36% dari total ekspor Indonesia.