Azerbaijan, lokasi konferensi internasional PBB di bidang iklim, COP29, bisa dibilang berada di bagian dunia paling “panas” karena perang berkepanjangan. Di sisi utara, Azerbaijan berbatasan dengan Rusia yang tengah berperang dengan Ukraina. Di sisi selatan, negara tersebut berbatasan dengan Iran yang terseret dalam perang Israel-Palestina. Azerbaijan sendiri terlibat konflik yang baru saja reda dengan tetangganya di sisi barat, Armenia.
Pemerintah Azerbaijan menginisiasi COP Truce Appeal, ajakan gencatan senjata sepanjang November, tapi perang malah semakin panas dengan risiko penggunaan senjata nuklir yang meningkat. Saat ini, mata dunia tengah tertuju pada eskalasi perang antara Iran dan Israel. Pemerintah Iran telah berulangkali memperingatkan kemungkinan negara tersebut membuat bom nuklir bila keberlangsungan negara terancam. Selama ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melarang pengembangan senjata nuklir melalui fatwa haram.
Iran dan Israel kembali terlibat konfrontasi terbuka mulai April setelah Israel menyerang Kedutaan Besar Iran di Damascus, Suriah. Serangan membunuh sejumlah pejabat militer dan inteligen Iran. Sejak itu, kedua negara saling serang. Belakangan, serangan udara Israel dilaporkan memporak porandakan pusat pengembangan senjata Iran. Serangan juga menyasar Irak dan Suriah, negara-negara yang berkepentingan dengan Iran.
Awal bulan ini, Kamal Kharrazi, mantan menteri luar negeri dan penasehat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan kemungkinan negara mencabut limit jarak 2,500-kilometer untuk rudal antarbenuanya. Ini berpotensi membuat rudal bukan hanya mencapai teritori Israel, tapi lebih jauh hingga ke daratan Eropa. Ia juga kembali menyinggung soal pembuatan bom nuklir bila keberlangsungan negara terancam.
Pekan ini, kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi akan mengunjungi Iran, portal berita Iran International melaporkan, mengutip media lokal Iran. Sebelumnya, Grossi yang menjabat Kepala International Atomic Energy Agency (IAEA) menyatakan harapan untuk bisa menegosiasikan urusan nuklir dengan Iran. IAEA percaya Tehran hanya membutuhkan dua sampai tiga minggu untuk melakukan pengayaan uranium uranium (uranium enrichment) ke level kemurnian 90 persen untuk bom nukir.
Iran memulai pengayaan tingkat tinggi pada 2021, tiga tahun setelah Presiden AS Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Di bawah kesepakatan yang ditandatangani pada 2015 tersebut, Iran setuju untuk membongkar sejumlah program pengembangan senjata nuklirnya dan mengizinkan inspeksi internasional. Imbal baliknya, pencabutan sanksi perdagangan bernilai miliaran dolar. Trump menilai kesepakatan itu gagal menekan program nuklir Iran.
Liputan khusus COP 29 Azerbaijan ini didukung oleh: