PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero mengkhawatirkan permasalahan keuangan yang ditimbulkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) menjadi “bom waktu” bagi keuangan BUMN bidang transportasi itu.
“Kami mendalami juga masalah KCIC, memang ini bom waktu. Kami akan berkoordinasi dengan Danantara untuk penyelesaian KCIC ini, selanjutnya untuk perbaikan dan restrukturisasi dari portofolio-portofolio yang ada,” kata Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR beberapa waktu lalu.
Restrukturisasi utang Whoosh juga masuk dalam program kerja prioritas Danantara tahun 2025. Chief Operation Officer Danantara, Dony Oskaria, mengatakan telah bertemu dengan pihak KAI dan akan segera menyelesaikan persoalan Whoosh. “Sedang kami pikirkan dan akan kami usulkan nanti,” ujar dia.
Setelah mulai beroperasi pada Oktober 2023, Whoosh terus menambah tanggungan KAI. Tahun ini, KAI harus menanggung kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (konsorsium BUMN untuk Whoosh) hingga Rp1,2 triliun per Agustus 2025.
Ketua Komisi VI DPR Anggia Ermarini menilai, kinerja PT KAI sebenar cukup baik, tetapi terdampak lilitan utang Whoosh. “KAI sebenarnya tinggi, bisa laba, tetapi karena punya Whoosh, ini akhirnya defisit,” kata Anggia.
PT KAI menyebut restrukturisasi utang sebagai salah satu langkah mengentaskan masalah ini, namun skemanya belum secara jelas disampaikan.