Hari Diabetes Nasional 2023, Kenali Faktor Pendorong dan Pencegahannya
Indonesia memperingati Hari Diabetes Nasional setiap tanggal 18 April. Berbagai pihak berupaya mengatasi isu ini mengingat sampai dengan 2021 Indonesia masuk ke dalam 10 negara dengan penderita diabetes terbanyak.
Merujuk data International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes usia 20-79 tahun di Tanah Air pada 2021 sebanyak 19,5 juta orang. Angkanya diproyeksikan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada 2045.
Berkaca dari kondisi tersebut, kita perlu mengetahui faktor apa saja yang menjadi pemicu risikonya karena penyakit ini masih bisa dicegah. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, faktor risiko terbagi menjadi dua yakni dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras, etnik, umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga dengan diabetes. Adapun faktor yang dapat dimodifikasi adalah berat badan lebih, obesitas abdominal, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, diet tidak sehat, kondisi prediabetes, dan kebiasaan merokok.
Lebih jauh, mari kenali berbagai penyebab yang bisa memicu risiko terkena diabetes.
1. Kondisi autoimun
Menurut Kementerian Kesehatan penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.
Penyakit ini kemudian mulai berkembang saat sistem kekebalan tubuh kesulitan menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan justru menganggapnya sebagai zat asing.
Pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam pankreas yang menghasilkan insulin. Insulin sendiri berfungsi mengikat gula dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk diubah menjadi energi.
Gula tidak akan bisa masuk ke dalam sel jika sel tidak dapat memproduksi insulin. Hal ini membuat gula menumpuk dan menyebabkan gula darah tinggi.
2. Gaya hidup sedenter
Kementerian Kesehatan mendefinisikan gaya hidup sedenter sebagai gaya hidup yang dilakukan di luar waktu tidur dengan keluaran kalori yang sedikit. Aktivitas minim gerak ini mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu.
Dikutip dari Medical News Today, sejumlah contoh gaya hidup sedenter seperti aktivitas duduk, berbaring, dan rebahan. Sejumlah aktivitas tersebut tidak mengeluarkan banyak energi, sehingga termasuk ke dalam gaya hidup sedenter.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka populasi Indonesia yang menerapkan gaya hidup sedenter terus meningkat. Dari yang semula 26,1 persen pada 2013 menjadi 33,5 persen di 2018.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Imran Agus Nurali mengatakan bahwa satu dari tiga orang Indonesia menerapkan gaya hidup sedenter. Oleh karena itu, pengendalian faktor risiko ini membutuhkan kampanye edukasi masyarakat yang efektif dan efisien.
Ia mengimbau agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yang meliputi pemeriksaan kesehatan secara rutin, berhenti merokok, dan rajin melakukan aktivitas fisik.
“Termasuk juga istirahat yang cukup, mengelola stres, dan mengikuti gaya hidup gerakan masyarakat sehat (GERMAS),” ujarnya dalam konferensi pers online Pekan Kesadaran Neuropati, Senin (20/6/2022).
3. Pola konsumsi
Ketidakseimbangan konsumsi kalori juga bisa membuat metabolisme tubuh terganggu. Kalori merupakan jumlah energi yang didapat pada makanan maupun minuman. Kalori dalam makanan dan minuman berasal dari aneka nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan lemak.
Dalam survei cepat secara online yang dilakukan Kurious-Katadata Insight Center (KIC), 26,9 persen responden memiliki kecenderungan mengombinasikan makanan berkarbohidrat. Sementara, 6,5 persen responden mengaku sangat sering melakukannya. Makanan berkarbohidrat yang dikombinasikan misalnya nasi dengan mi instan, atau nasi dengan kentang.
Salah satu sumber karbohidrat adalah gula, yang juga identik dengan penganan manis. Dilansir Kompas.com pada Kamis (2/7/2020), Guru Besar Ilmu Budaya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Dr Bani Sudardi, menilai cita rasa manis pada makanan di Indonesia, khususnya Jawa, berhubungan dengan kudapan yang terbuat dari pohon kelapa.
Pohon kelapa jamak tumbuh di Tanah Jawa sejak zaman Majapahit. Hingga kini, kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi kudapan manis terus membudaya.
Gula mengandung zat glukosa yang bermanfaat bagi tubuh. Dengan konsumsi gula yang cukup, tubuh akan memiliki sumber energi, sehingga mampu meningkatkan konsentrasi dan membantu aktivitas sehari-hari. Namun sebaliknya, apabila berlebihan dapat memicu dampak negatif.
Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi gula ideal per hari adalah 50 gram, atau sekitar 4 sendok makan. Angka itu setara dengan 10 persen dari total kebutuhan energi 200 kilokalori.
Setelah mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab diabetes, penting bagi kita untuk mengetahui cara pencegahannya. Berikut adalah langkah pencegahannya:
1. Berhenti merokok
Zat aktif dalam rokok seperti nikotin misalnya, dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Hal ini mengakibatkan penurunan sekresi insulin yang rendah dan memicu diabetes melitus tipe 2.
2. Mempertahankan berat badan ideal
Mengatur pola makan dengan gizi seimbang dapat mempertahankan berat badan ideal. Mengatur pola makan bergizi dapat dimulai dengan mengurangi konsumsi karbohidrat dan memperbanyak makanan yang kaya akan serat. Ini akan mengurangi kadar glukosa dan memperbanyak kandungan gizi seimbang dalam tubuh.
3. Melakukan aktifitas fisik
Aktivitas fisik ini adalah kebalikan dari gaya hidup sedenter. Kalori dalam tubuh akan banyak terbuang jika banyak melakukan aktivitas fisik. Berbagai aktivitas fisik dapat menjadikan tubuh lebih sehat, berat badan ideal, dan sekaligus meminimalisasi risiko menderita penyakit diabetes melitus.
4. Mengonsumsi makanan yang sehat
Salah satu upaya untuk mencegah terkena diabetes melitus dengan konsumsi makanan yang sehat untuk mendapatkan nutrisi. Beberapa upaya itu antara lain seperti konsumsi 3-5 porsi buah dan sayur, serta mengurangi asupan gula, garam dan lemak jenuh.
5. Rutin periksa gula darah
Memeriksa gula darah atau HbA1c secara rutin dapat mendeteksi sedini mungkin kandungan gula darah dalam tubuh. Deteksi dini ini sangat penting, sehingga dapat lebih cepat mendapatkan penanganan diabetes.
6. Mengelola stres
Stres adalah salah satu penyebab diabetes yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat. Sebab, saat tubuh mengalami stres, produksi serotonin akan terganggu. Itu akan membuat kemampuan tubuh dalam menciptakan insulin akan berkurang.