Cerita Rakyat Situ Bagendit dan Pesan Moralnya

Unsplash
Cerita Rakyat Situ Bagendit
Penulis: Anggi Mardiana
Editor: Safrezi
30/1/2024, 22.13 WIB

Cerita rakyat Situ Bagendit merupakan salah satu dongeng Indonesia yang populer di kalangan banyak orang, termasuk di Garut. Cerita ini memiliki nilai moral yang berharga, Anda bisa membagikannya kepada anak. Cerita rakyat tentang Situ Bagendit tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga mengandung pesan moral tentang pentingnya sikap baik, kedermawanan dan kerja sama.

Situ Bagendit menceritakan tentang seorang wanita bernama Nyai Endit yang kaya namun pelit dan kikir. Keangkuhan dan perilaku buruk Nyai Endit diyakini sebagai penyebab terbentuknya danau tersebut. Menceritakan dongeng Situ Bagendit kepada anak dapat menjadi cara yang baik untuk mengajarkan nilai-nilai positif dalam kehidupan.

Cerita Rakyat Situ Bagendit

Cerita Rakyat Situ Bagendit (Youtube Animasi Cerita Indonesia - ACI)

Situ Bagendit menjadi salah satu tujuan wisata yang populer di Kabupaten Garut. Sebagai informasi, berikut cerita rakyat Situ Bagendit:

1. Hiduplah Nyai Endit yang Pelit

Dahulu kala, di sebelah Utara kota Garut, terdapat sebuah desa di mana sebagian besar penduduknya bertani. Keberadaan tanah yang subur dan kelimpahan air sangat membantu para petani menghasilkan padi berkualitas tinggi. Meski demikian, kehidupan penduduk desa itu masih dipenuhi kemiskinan dan penyebabnya ialah kehadiran seorang tengkulak pelit yang sangat kaya, Nyai Endit.

Nyai Endit, seorang wanita kaya yang tinggal di desa tersebut, mendapatkan warisan berupa kekayaan yang melimpah setelah suaminya meninggal. Sayangnya, kekayaan tersebut justru membuat Nyai Endit menjadi pelit dan sombong.

Nyai Endit sering menekan para petani di desa, memaksa mereka menjual hasil panen dengan harga murah. Bahkan, ketika stok beras masyarakat habis, mereka terpaksa membeli dari Nyai Endit dengan harga yang sangat tinggi. Tindakan Nyai Endit ini merugikan sekali bagi masyarakat desa tersebut.

Kezaliman Nyai Endit membuat para petani dan penduduk desa merasakan penderitaan ekonomi yang berkepanjangan. Meskipun tanah subur dan air melimpah, kekayaan yang seharusnya menjadi berkah bagi mereka malah menjadi sumber kesengsaraan akibat tindakan egois Nyai Endit.

2. Nyai Endit Sangat Suka Mengadakan Pesta Mewah

Dalam cerita rakyat Situ Bagendit ini, Nyai Endit sangat suka mengadakan pesta mewah. Kekayaan yang melimpah hanya membuat Nyai Endit semakin pelit. Tidak hanya sering mengeksploitasi warga desa, Nyai Endit bahkan enggan memberikan bantuan kepada mereka yang sedang kesulitan.

Setiap kali warga datang memohon pertolongan, Nyai Endit selalu menolak dengan sikap angkuh. "Semua ini milikku, kenapa harus dibagikan ke warga? Mereka hanya pandai meminta-minta saja. Harusnya mereka bekerja lebih keras jika ingin menjadi kaya seperti aku," ucap Nyai Endit.

Nyai Endit lebih memilih untuk menghabiskan kekayaannya dengan mengadakan pesta di desa. Dalam kemeriahan pesta, Nyai Endit senang memamerkan harta kekayaannya dengan sombong kepada penduduk setempat. Namun, pesta yang diadakan Nyai Endit selalu membawa masalah bagi warga desa. Persediaan makanan di desa selalu habis karena pesta Nyai Endit, bahkan banyak yang mulai mengalami kelaparan. Sementara Nyai Endit terus merayakan pesta dengan hidangan mewah di rumahnya.

"Wah, persediaan beras kita hampir habis. Tak lama lagi kita akan terpaksa membeli beras dari Nyai Endit," ujar seorang warga kepada tetangganya. "Harga sekarang lima kali lipat lebih tinggi daripada saat kita menjual sebelumnya."

Bagaimana ini?" timpal warga lainnya. "Padahal kita juga butuh membeli kebutuhan lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul," ungkap yang lain dengan penuh kekhawatiran.

3. Suatu saat Datanglah Seorang Pengemis Tua

Pada suatu hari yang sangat panas, Nyai Endit kembali mengadakan pesta yang sangat meriah. Hal ini membuat warga setempat cemas karena persediaan beras mereka hampir habis, sementara matahari yang terik menandakan musim kemarau telah tiba.

Di tengah keseruan pesta yang diadakan oleh Nyai Endit, dari kejauhan datang seorang pengemis tua. Ia mengenakan pakaian compang-camping dan celana yang lusuh, berjalan membungkuk-bungkuk melewati rumah penduduk dengan tatapan iba hingga akhirnya bertemu dengan Nyai Endit di rumahnya.

Tanpa diduga, pengemis tua itu tiba-tiba berbicara, "Nyai, tolong beri hamba makanan sedikit saja, hamba lapar sudah beberapa hari belum makan." Melihat pengemis itu, Nyai Endit merasa terganggu dan segera memanggil penjaga untuk mengusirnya dari rumahnya.

"Pergilah kau dari rumahku, pengemis kotor! Tidak lihat ya kamu aku sedang berpesta? Kamu mengacaukan semua kegembiraanku dengan baumu itu," teriak Nyai Endit dengan penuh kekesalan. Tidak berselang lama, para penjaga datang dan memaksa pengemis tua itu untuk segera pergi, meninggalkan rumah Nyai Endit dengan perasaan sedih yang mendalam.

4. Tiba-tiba Munculah Keanehan di Hari Berikutnya

Waktu berganti dan Nyai Endit masih merasa tidak nyaman setelah kehadiran pengemis lusuh di pesta kemarin. Saat keluar rumah, ia menemukan hal yang aneh, sebuah tongkat tertancap di tanah di sebuah jalan desa.

Tidak ada yang tahu mengapa tongkat itu ada di sana dan anehnya, tidak seorang pun berhasil mencabutnya, meskipun banyak warga mencoba menariknya bersama-sama. Penasaran, Nyai Endit mendekati kerumunan warga yang berusaha mencabut tongkat tersebut.

Ternyata, pengemis yang sebelumnya diusir oleh Nyai Endit muncul kembali. Melihatnya, Nyai Endit geram dan berkata, "Rupanya kau kembali, pengemis tua. Jangan-jangan tongkat aneh yang tertancap di tanah ini akibat ulahmu.

Cabut dan segera pergi dari sini!" Pengemis tua itu mematuhi permintaan Nyai Endit dan berhasil menarik keluar tongkat tersebut, menimbulkan keheranan di kalangan warga karena sebelumnya tidak ada yang bisa melakukannya.

Namun, setelah tongkat dicabut, tiba-tiba air mengalir dari tempat tersebut. Air semakin lama semakin deras dan tinggi, memenuhi daerah tersebut. Penduduk desa yang takut tenggelam bergegas menyelamatkan diri, mengungsi ke tempat yang lebih aman. Nyai Endit, berbeda dengan penduduk lainnya, tidak ingin melepaskan hartanya. Meskipun air semakin tinggi, Nyai Endit tetap bertahan di rumahnya yang penuh harta dan perhiasan.

Akhirnya, Nyai Endit tenggelam bersama dengan rumah dan harta bendanya. Tempat tersebut berubah menjadi danau yang dinamakan Situ Bagendit, diambil dari nama Nyai Endit. Legenda menyebutkan bahwa orang-orang melihat lintah sebesar kasur di dasar danau, diyakini sebagai penjelmaan sosok Nyai Endit yang tidak berhasil lolos dari jebakan air.

Pesan Moral Cerita Rakyat Situ Bagendit

Pesan moral cerita rakyat Situ Bagendit, tidak seharusnya meniru sifat Nyai Endit yang kikir dan pelit terhadap sesamanya. Perilaku jahatnya hanya membawanya kepada nasib yang buruk. Sebagai manusia, kita dianjurkan untuk saling mengasihi, menghormati dan membantu sesama, terutama mereka yang sedang mengalami kesulitan.

Saat-saat seperti ini, bisa mencoba menolong teman-teman atau anggota keluarga yang membutuhkan bantuan. Penting juga untuk mengajarkan pada anak tentang pentingnya berbagi. Misalnya, dengan berbagi kue yang dimilikinya kepada saudaranya atau meminjamkan mainannya kepada adik.

Tindakan ini tidak akan membuatnya kehilangan, malah akan memberikan kebahagiaan saat berhasil melakukan perbuatan baik. Memberikan bantuan dan berbagi merupakan cara yang baik untuk membentuk karakter positif pada anak.