Tahun lalu, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,17 persen, tertinggi dalam lima tahun terakhir. Begitu pula jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara G-20, Indonesia menempati posisi ketiga setelah India dan Tiongkok. Namun sejumlah tantangan akan dihadapi pemerintah untuk mengejar target 5,4 persen pada tahun ini.
Di tengah situasi perlambatan ekonomi global, apalagi Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi global menjadi 3,3 persen. Di sisi lain, belum ada titik terang berakhirnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta kondisi negara-negara Uni Eropa mengakibatkan ketidakpastian global. Semua kondisi tersebut dapat menjadi penghalang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kita bisa memacu pertumbuhan ekonomi meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, jika konsumsi rumah tangga dan investasi kita berjalan lebih baik,” ujar Pieter Abdullah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia.
Beberapa tantangan lain yang juga perlu diperhatikan pemerintah adalah dari sisi pengelolaan utang luar negeri. Meski dari sisi utang pemerintah cukup terkendali, tapi utang sektor swasta mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Selain defisit neraca transaksi berjalan juga perlu diperbaiki. Terutama dari sisi neraca perdagangan yang pada tahun lalu mengalami defisit.