Krisis ekonomi yang dihadapi oleh Argentina semakin parah setelah mencapai kenaikan harga atau inflasi mencapai 100%. Kenaikan ini paling tajam sejak periode hiperinflasi yang terjadi sekitar tahun 1990. Krisis ekonomi Argentina menjadi kasus yang paling ekstrim dalam resesi ekonomi dunia.

Utang Argentina juga mencapai Rp 515 ribu triliun bila dirupiahkan dari beberapa denominasi. Di antaranya dalam mata uang US$29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang, kemudian dalam mata uang lokal ARS 13,3 triliun (27,56%) juga EUR 4,3 triliun (8,93%). Total yang tercatat dalam tiga denominasi ini sebesar 97,39% dari total utang Argentina.

Utang Argentina memuncak, karena kinerja ekspor terus tertekan secara tahunan hingga 6,9% pada Agustus 2022. Sehingga tidak bisa mengimbangi dolar AS yang tinggi untuk membayar utang maupun impor kebutuhan dalam negeri yang meningkat 36,2%. Argentina tercatat memiliki ketergantungan tinggi pada bahan bakar dan pelumas.