ZIGI – Ketupat merupakan salah satu menu makanan yang disantap bersama keluarga di hari raya Idul Fitri. Sebelum menjadi tradisi Lebaran, ketupat memiliki sejarah yang panjang sejak zaman pra-Islam.
Ketupat awalnya merupakan tradisi Hindu yang digunakan sebagai simbol rasa syukur di waktu panen. Makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman daun kelapa muda ini kemudian melalui Islamisasi di abad ke-15.
Apa lagi fakta-fakta menarik ketupat? Yuk simak sejarah dan asal muasa ketupat!
1. Kebudayaan Melayu Astronesia
Ketupat bukan cuma ada di Indonesia tapi juga dinikmati oleh suku bangsa Melayu Astronesia lainnya yang tersebar di Asia Tenggara. Sajian menu makanan yang terbuat dari beras ini merupakan warisan dari kebudayaan agraris zaman kuno. Di Filipina juga ada makanan bernama bugnoy yang serupa dengan ketupat tapi pola anyamannya berbeda.
“Ini boleh dikatakan kebudayaan Melayu Astronesia yang memang tumbuh subur pohon kelapa, beras. Ini yang mendukung lestarinya tradisi ketupat,” ungkap sejarawan kuliner, Fadly Rahman, saat dihubungi Zigi.id pada Selasa, 11 Mei 2021.
2. Simbol Rasa Syukur ke Dewi Sri
Ketupat sudah ada dari zaman pra-Islam. Kala itu masyarakat Jawa Hindu membungkus beras dengan janur atau daun kelapa sebagai simbol rasa syukur kepada dewi kesuburan, Dewi Sri (dalam bahasa Jawa) atau Nyi Pohaci (dalam bahasa Sunda).
“Ia kalau dari tradisi Hindu ketupat sudah ada, kita bisa lihat dari budaya Jawa dan Bali yang menjadikan ketupat sebagai simbol rasa syukur terhadap Yang Maha Esa,” tutur Fadly Rahman yang juga merupakan penulis buku Jejak Rasa Nusantara.
3. Melalui Islamisasi di abad ke-15
Berdasarkan penelitian di abad ke-15, Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga di masa kekuasaan kerajaan Islam Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah menggunakan pendekatan budaya lokal. Sunan Kalijaga menggunakan media ketupat selain wayang kulit dan lainnya.
“Supaya orang-orang Jawa yang masih memeluk agama Hindu luluh hatinya dan masuk ke Islam melalui pendekatan budaya lokal,” ungkap Fadly Rahman.
4. Makna Filosofi Ketupat
Islamisasi yang digerakan Sunan Kalijaga kemudian menjadi asal usul kenapa ketupat sebagai tradisi Hindu bisa diterima oleh masyarakat Jawa yang sudah memeluk Islam. Salah satu sarananya menjadikan ketupat sebagai salah satu prosesi Lebaran. Terlebih karena makna filosofi ketupat yang sangat mengena dengan makna Idul Fitri.
“Orang-orang Islam Jawa memaknai ketupat atau kupat sebagai ‘ngaku lepat’ atau mengakui kesalahan, sangat kena dengan makna Idul Fitri dimana masyarakat Islam saling bermaaf-maafan,” ujar Fadly Rahman yang juga dosen di Universitas Padjajaran, Bandung.
5. Lebaran Ketupat
Delapan hari setelah Idul Fitri, masyarakat Jawa menggelar tradisi Lebaran Ketupat. Tradisi ini terbawa sejak era Islamisasi yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan nama bakda kupat. Beberapa rumah di Jawa bahkan menggantungkan ketupat di depan rumah sebagai tradisi lama mengusir bala.