Lira Anjlok, Turki Hadapi Krisis Ekonomi
Nilai tukar lira Turki terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjun bebas di angka 6,88 per 13 Agustus 2018. Krisis terjadi akibat ketergantungan Turki terhadap utang luar negeri, seruan kebijakan suku bunga rendah, keputusan AS menaikkan tarif impor sebesar 100 persen terhadap baja dan aluminium milik Turki, hingga pertikaian diplomatik dengan Negeri Paman Sam.
Menghadapi krisis, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengeluarkan beberapa kebijakan yang ia anggap bisa menjaga dan meningkatkan ekonomi nasional. Erdogan mendorong warganya meningkatkan produksi dalam negeri dan melakukan transaksi ekonomi dengan menggunakan lira. Selain itu, ia juga mengajak warganya menukarkan dolar dan euro di bank. Orang nomor satu tersebut juga bersikukuh tidak menggunakan sistem ekonomi konvensional. Ketika negara lain menaikkan suku bunga untuk menghadapi inflasi, Erdogan justru menekan tingkat suku bunga Turki di tengah inflasi yang terus meninggi.
Sebagai negara anggota G20, krisis yang terjadi di Turki bisa berakibat pada perekonomian global. Beberapa mata uang negara berkembang terseret turun. Saham global pun merosot. Namun menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, Indonesia berada dalam ekonomi positif. Pertumbuhan ekonomi kuartal II mencapai 5,27 persen, inflasi terjaga, defisit APBN pun diperkirakan lebih rendah dari asumsi awal pemerintah.