Sri Mulyani Memuji Dua Kebijakan Pemerintahan Jokowi

Maria Yuniar Ardhiati
26 Juli 2016, 16:30
Sri Mulyani
Arief Kamaludin | Katadata

Direktur Pelaksana Bank Dunia (World Bank) Sri Mulyani memuji kebijakan-kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk mengatasi hambatan perdagangan. Lewat kebijakan tersebut, daya saing Indonesia dalam perdagangan di dunia internasional bisa meningkat.

Pertama, kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur dapat lebih memudahkan transportasi dan distribusi barang serta memperlancar proses produksi. Saat ini, pemerintah sedang menggenjot sejumlah proyek infrastruktur, mulai dari jalan tol, rel kereta api, bandar udara, pelabuhan, hingga waduk.

Advertisement

Kedua, paket kebijakan ekonomi. Sejak September tahun lalu, pemerintah telah menerbitkan 12 paket kebijakan ekonomi. Sri menilai, paket kebijakan itu bertujuan mengurangi hambatan perdagangan dan investasi.

"Itu adalah arah yang baik dan sangat diperlukan," kata bekas Menteri Keuangan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, saat menjadi pembicara kunci dalam seminar pembangunan berkelanjutan di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (26/7).

(Baca: Tinggal Satu Aturan Paket Kebijakan Ekonomi Belum Selesai)

Penyebabnya, menurut Sri, dalam kurun 50 tahun terakhir ini Indonesia selalu memanfaatkan perdagangan dan investasi global untuk membangun perekonomian dan mengatasi kemiskinan. Integrasi pasar bebas ASEAN sejak tahun ini tentunya menjadi peluang untuk meningkatkan perdagangan di antara masing-masing negara anggotanya.

Lewat integrasi pasar itu, nilai perdagangan di antara anggota ASEAN dapat meningkat dari US$ 600 miliar menjadi US$ 1,9 triliun. Persoalannya adalah, Indonesia harus mengatasi sejumlah hambatan untuk meningkatkan perdagangannya.

Hambatan itu antara lain, produktivitas tenaga kerja di Indonesia belum baik. Sri menyebut upah tenaga kerja di dalam negeri memang lebih rendah, tapi biaya produksi per unit tinggi. “Kalau kita (Indonesia) integrasi dengan pasar global, tantangan dalam memperbaiki produktivitas sangatlah kritikal,” ujarnya.

Sementara itu, biaya perdagangan di Indonesia saat ini masih relatif tinggi. Sri mencatat, biaya perdagangan di Indonesia sekitar 130 persen lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Sedangkan dibandingkan Vietnam dan Thailand sekitar 90-100 persen lebih tinggi.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement