Pertamina Berpotensi Kehilangan Pendapatan Rp 20 Triliun
PT Pertamina (Persero) berpotensi kehilangan pendapatan sebesar Rp 20 triliun. Penyebabnya adalah terdapat selisih harga keekonomian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar dengan yang ditetapkan pemerintah.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan sejak awal tahun hingga saat ini, perusahaan sudah kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp 12,8 triliun atau hampir US$ 1 miliar. Ini karena Pertamina menjual Solar dan Premium di bawah harga keekonomian.
(Baca: Pemerintah Pastikan Tarif Listrik dan BBM Tak Naik Awal Juli)
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2304 K/12/MEM/2017 yang ditetapkan Ignasius Jonan tanggal 21 Juni 2017, harga jual eceran Solar sejak Juli hingga September 2017 sebesar Rp 5.150 per liter. Adapun Premium non Jamali (Jawa-Madura-Bali) sebesar Rp 6.450 per liter.
Sedangkan jika berdasarkan keekonomian saat ini, harga Solar lebih mahal Rp 1.600 per liter dari yang sudah ditetapkan pemerintah. Sementara Premium ada selisih Rp 450 per liter di atas harga yang ada sekarang.
Menurut Arief apabila harga jual BBM tersebut tetap bertahan alias tidak berubah hingga akhir tahun nanti, potensi kehilangan pendapatan bisa membengkak hingga mencapai Rp 20 triliun. "Tapi itu tergantung Indonesia Crude Price (ICP)," kata dia.
(Baca: Harga Minyak Indonesia Naik 4% dari Titik Terendah Tahun Ini)
Meski berpotensi kehilangan pendapatan, Pertamina tetap mengikuti keputusan pemerintah. Agar kerugiannya tidak terlalu besar, Arief mengusulkan adanya opsi pengurangan dividen ke negara.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik juga memiliki pandangan yang sama untuk tetap menjalankan kebijakan pemerintah. "Kami sebagai national oil company juga tidak boleh terlalu manja," kata dia.
Untuk menjaga pendapatan, Pertamina akan melakukan efisiensi. Sepanjang semester I tahun 2017, tercatat efisiensi yang sudah dilakukan US$360 juta. (Baca: Laba Pertamina Semester I Anjlok 24% Akibat Penjualan Premium)
Di sisi lain, laba bersih Pertamina sepanjang semester I menurun 24%.Selama Januari hingga Juni 2017, Pertamina berhasil memperoleh laba bersih US$ 1,40 miliar atau Rp 18,6 triliun. Padahal periode yang sama tahun lalu bisa mencatatkan US$ 1,83 miliar.