Taiwan Siap Investasi Rp 44,6 Triliun untuk Infrastruktur ASEAN

Michael Reily
8 November 2017, 18:31
Infrastruktur
Arief Kamaludin|KATADATA
Pembangunan gedung perkantoran di Jakarta.

Pemerintah Taiwan telah mengeluarkan New Southbound Policy yang lebih ramah kepada negara-negara di selatannya sebagai prioritas utama revitalisasi ekonomi. Rencananya, Taiwan bakal menggelontorkan US$ 3,3 miliar atau setara Rp 44,6 triliun untuk investasi infrastruktur di negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN.

Director of Economic Division Taipei Economic and Trade Office (TETO) Jack Chen-Huan menyatakan dana tersebut khusus hanya untuk infrastruktur dan Indonesia menjadi salah satu tujuan penting. "Kami mencoba untuk berkontribusi dan masuk ke dalam pasar infrastruktur Indonesia dan negara Asia lainnya," kata Jack kepada wartawan di jakarta, Rabu (8/11).

Menurutnya, beberapa perusahaan konstruksi Taiwan telah ikut dalam beberapa lelang yang diadakan pemerintah Indonesia namun kerap gagal dalam proyek-proyek besar. Meski begitu, ia mengaku akan terus bekerja sama dengan negara pemenang lelang seperti Jepang atau Tiongkok untuk membantu proyek pembangkit listrik, bendungan, energi terbarukan, hingga pembangunan kawasan industri.

(Baca juga: Pertaruhan Jokowi di Proyek Infrastruktur)

Untuk mengakomodasi investasi Taiwan, Standard Chartered Bank pun bekerja sama dengan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM). Nantinya akan disediakan tim yang mengurus perizinan investasi Taiwan lewat layanan izin 3 jam. Jack menilai kemudahan perizinan dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan dari negaranya.

Ia memberi contoh, sebuah perusahaan ban asal Taiwan baru mendapatkan izin untuk mendirikan pabrik di Indonesia setelah 2 tahun menunggu. Padahal ketika mengajukan di Vietnam, izinnya keluar hanya dalam waktu 6 bulan.

Setelah mendapat izin, Jack menyatakan, masalah distribusi antar pulau hingga kultur masyarakat menjadi tantangan tersebdiri bagi investor Taiwan di Indonesia. Ia mencontohkan, Indonesia merupaka negara muslim yang besar, maka perusahaan makanan dan minuman harus tahu pentingnya label halal.

"Indonesia adalah pasar yang besar yang tidak begitu saja dapat dimengerti, lebih sulit dari Malaysia dan Singapura," tuturnya.

Chief Analyst Standard Chartered Bank Taiwan Tony Phoo menjelaskan pasar Asia Tenggara menjadi penting bagi Taiwan karena 3 aspek, yaitu wisata, perdagangan, dan investasi.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...