Sederet Nama Masuk Radar Kandidat Dirjen Pajak Baru
Tersisa dua pekan lagi sebelum Ken Dwijugiasteadi meninggalkan jabatannya sebagai Direktur Jenderal Pajak. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih menutup rapat mengenai pengganti Ken. Namun, terdapat beberapa nama pejabat yang disebut-sebut menjadi kandidat.
Setidaknya ada empat nama dari internal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang mencuat yaitu Hadiyanto yang kini menjabat Sekretaris Jenderal Kemenkeu; Suryo Utomo Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Kepatuhan Pajak; Awan Nurmawan Nuh Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak; dan Inspektur Jenderal Kemenkeu Ismayati.
(Baca juga: Ken Masuki Usia Pensiun, Tak Ada Pengganti Sementara Dirjen Pajak)
Belakangan, muncul dugaan ada pejabat eselon II di internal Ditjen Pajak yang juga berpeluang jadi kandidat. Sementara itu, pejabat dari luar Kemenkeu yang santer diperbincangkan yaitu Amien Sunaryadi, mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kini menjabat Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Menanggapi nama-nama yang beredar, Juru Bicara Presiden Johan Budi menyatakan belum ada nama yang diajukan ke Presiden. “Sampai kemarin belum (masuk),” kata dia melalui pesan singkat kepada Katadata, Kamis (16/11). (Baca juga: Sekjen Kemenkeu: Orang Internal Cukup Kompeten Jadi Dirjen Pajak)
Akhir Oktober lalu, Sri Mulyani sempat buka suara tentang pemilihan Dirjen Pajak baru, namun ia enggan bicara soal kandidat kuat. “Ah, nanti kalau sudah ada hasilnya saya sampaikan,” ucapnya. Namun, ia memastikan bakal mencari pengganti yang terbaik untuk mengawal penerimaan pajak ke depan. "Pokoknya kami cari yang terbaik yang bisa menjalankan tugas," kata dia.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menilai, tidak masalah siapa yang menjadi Dirjen Pajak baru, sepanjang bisa dipastikan bekerja secara akuntabel. Selain itu, “Saya pribadi menilai leadership (kepemimpinan) yang baik menjadi kebutuhan utama,” ujarnya.
Kepemimpinan yang kuat dinilai penting untuk menuntaskan reformasi perpajakan yang tengah berlangsung. Adapun di tengah dunia perpajakan yang semakin dinamis, cair dan egaliter, ia menilai dibutuhkan juga sosok pemimpin yang mampu mengkomunikasikan gagasan dengan baik, menyusun kebijakan yang adil, mengutamakan kemaslahatan publik, bekerja kolektif-kolegial, dan berani mengambil tanggung jawab lebih.
Adapun Dirjen Pajak baru bakal memikul beban berat di akhir tahun ini. Sebab, hingga akhir Oktober lalu, penerimaan pajak baru mencapai sekitar 68% dari target tahun ini yang sebesar Rp 1.283,6 triliun. Tahun depan, tantangan kian berat lantaran target penerimaan perpajakan dipatok naik hampir 10% dari target tahun ini. (Baca juga: Sri Mulyani Akui Butuh Kerja Keras Kejar Target Penerimaan Pajak 2018)