Biaya Proyek LRT Membengkak, KAI Berharap Tambahan Subsidi
Nilai investasi proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) tampaknya akan membengkak hampir Rp 5 triliun. Jika itu terjadi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun berharap pemerintah akan memberikan tambahan subsidi.
Direktur Keuangan KAI Didiek Hartantyo mengatakan, pembengkakan nilai investasi pembangunan proyek tersebut yang tadinya sebesar Rp 26,7 triliun menjadi Rp 31 triliun, masih belum final. Tambahan biaya tersebut disebabkan adanya rencana penambahan jumlah stasiun dan perubahan sistem persinyalan dari sebelumnya fixed block menjadi moving block.
Namun, Didiek menyatakan, apabila nilai investasi membengkak, maka seharusnya subsidi yang diberikan pemerintah pun bertambah. "Pasti ada korelasinya itu (kenaikan nilai investasi dengan pembesaran subsidi)," ujar Didiek saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/11).
Di sisi lain, dia mengaku tidak akan ada investor lain yang menggarap proyek tersebut meski nilai investasinya membengkak. Sebab, Peraturan Presiden 49 Tahun 2017 hanya menyebutkan KAI yang bertindak sebagai investor.
(Baca: Pakai Sistem Sinyal “Moving Block”, LRT Butuh Tambah Dana Rp 300 M
Terkait dengan pendanaan, Didiek menjelaskan, KAI akan menyiapkan dana sebesar Rp 7,6 triliun yang diperoleh dari realokasi anggaran pembangunan kereta di Sumatera sebesar Rp 2 triliun dan Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017. Sedangkan, sisanya Rp 3,6 triliun rencananya akan diperoleh dari APBN 2018.
Anggaran yang disiapkan tersebut merupakan 25% dari total kebutuhan investasi LRT Jabodebek ini. Sedangkan sisanya, sebesar 75 persen akan diperoleh dari sindikasi kredit perbankan. Namun, jumlah penarikan kredit ini pun masih belum diputuskan lantaran nilai investasi yang belum final.
Didiek mengharapkan, pekan ini perhitungan nilai investasi sudah bisa difinalkan bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan pemangku kepentingan lainnya. "Tapi kami berencana untuk financial closing pada pekan kedua Desember 2017," ujar Didiek.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memastikan biaya yang dibutuhkan untuk membangun proyek LRT Jabodebek naik dari Rp 26,7 triliun, menjadi Rp 31 triliun. Peningkatan biaya ini telah dibahas dalam rapat koordinasi di kantornya.
(Baca: Belanja Modal Proyek LRT Ditambah Rp 1 Triliun)
Luhut mengatakan tambahan biaya ini terjadi lantaran kontraktor proyek yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk. harus membangun beberapa stasiun tambahan. Sayangnya dia tidak menjelaskan berapa banyak tambahan stasiun yang akan dibangun.
Luhut mengaku tidak ada masalah dengan perubahan biaya yang dibutuhkan. Peningkatan biaya dinilai bisa mebih menguntungkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai operator. "Berubah (nilainya) karena itu, tapi dengan begitu akan ada penambahan penumpang dari 260 ribu ke 430 ribu (per hari)," kata Luhut, kemarin.