BKPM Minta Data Investasi ke Go-Jek, Traveloka dan E-Commerce
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah meminta pelaku industri e-commerce atau perdagangan online untuk menyetor data investasi masuk. Menurut dia, investasi ke industri ini mengalir dengan cepat dan dalam jumlah besar. Namun, BKPM belum memiliki data lengkapnya.
"Kami kejar e-commerce, Go-jek, Traveloka, untuk update laporan mereka mengenai investasi ke BKPM karena sayang kan selama ini kami tahunya dari media," kata Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong di kantornya, Jakarta, Kamis (8/2).
Selain itu, BKPM juga akan mendata investasi yang masuk ke perusahaan digital rintisan (startup) yang juga menerima investasi besar. Berdasarkan estimasi BKPM, nilai investasi di perusahaan e-commerce dan startup mencapai US$ 4,8 miliar atau sekitar Rp 68 triliun sepanjang 2017 lalu.
"Fenomena startup mendadak sekali. Jadi kami terkaget-kaget. Kami belum siap dan harus mengejar ketertinggalan perkembangan yang begitu cepat di start up, di e-commerce," ujar dia.
Menurut dia, nantinya pihaknya akan membuat kategorisasi startup berdasarkan modal perusahaan. "Kadang ada startup modalnya yang langsung triliunan, langsung Rp 1 miliar. Jadi startup bukan hal kecil. Ini sedikit kompleks," ucapnya.
Berdasarkan riset Google dan AT Kearney, sebagian besar investasi startup berasal dari perusahaan asal Tiongkok. Salah satu investor yang paling rajin memberikan modalnya adalah Alibaba Group, Tencent, dan JD.com. (Baca juga: Modal Tiongkok Guyur Startup Lokal)
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat investasi terkait e-commerce menjadi salah satu penyokong surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencapai US$ 129,4 miliar pada akhir September 2017 lalu. (Baca juga: Investasi E-Commerce Sumbang Surplus Neraca Pembayaran US$ 5,4 Miliar)