Gerindra Rangkul Calon Poros Ketiga untuk Dukung Prabowo
Partai Gerindra berupaya merangkul partai-partai yang berencana membentuk poros baru atau poros ketiga, yakni Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Demokrat. Gerindra berencana mengajak tiga partai ini bergabung untuk mendukung Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden di Pilpres 2019.
Saat ini hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kemungkinan besar berkoalisi dengan Gerindra di Pilpres 2019. "Tak cuma dengan PKS berkoalisi, kami mungkin berkoalisi dengan PAN. PKB, termasuk juga Demokrat. Peluangnya besar," kata Riza ketika dihubungi Katadata.co.id, Jumat (9/3).
Pimpinan ketiga partai ini bahkan masuk radar Gerindra sebagai calon pendamping Prabowo. Mereka yakni Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pilpres Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) serta Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
"Sebelum kami putuskan, sekarang membangun komunikasi dulu yang intensif," kata Riza. (Baca juga: Demokrat, PAN, dan PKB Jajaki Poros Ketiga di Pilpres 2019)
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan Prabowo mengagendakan pertemuan dengan pimpinan partai Demokrat, PAN, dan PKB. “Akan segera dalam waktu dekat ini (penjajakan koalisi dengan Demokrat, PAN, PKB). Kebetulan Pak Prabowo sedang di luar negeri, setelah kembali saya kira komunikasi politik dengan partai akan intensif,” kata Fadli kepada wartawan.
Meski berupaya melobi, Riza mengklaim Gerindra tak khawatir jika nantinya akan terbentuk poros baru selain dari pengusung Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Riza sendiri meyakini munculnya poros baru dalam Pilpres 2019 tidak akan menggerus suara Prabowo.
Menurutnya, wacana pembentukan poros baru dalam Pilpres 2019 justru bagus. Hal tersebut, lanjutnya, sesuai dengan keinginan Gerindra yang sempat mengajukan gugatan uji materi terkait ambang batas presiden (presidential threshold) ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Ketika itu, Gerindra beranggapan bahwa ambang batas presiden sebesar 20% kursi DPR atau 25% suara nasional berpotensi memunculkan calon tunggal dalam Pilpres 2019.
"Buat kami ada dua, tiga, empat poros tidak ada masalah, yang penting tidak ada calon tunggal," kata Riza. (Baca juga: Gerindra Tuding Kubu Jokowi Upayakan Calon Tunggal di Pilpres 2019)
Menurut Riza, dengan munculnya poros baru membuat peluang warga negara untuk ikut serta dalam Pilpres 2019 lebih besar. Hal ini, lanjut dia, akan membuat demokrasi dapat berjalan lebih sehat. "Kami tidak keberatan ada poros baru. Kami senang dan mendukung," kata Riza.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai rencana pembentukan poros baru akan menggerus elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto jika dia ikut berlaga dalam Piplres 2019. Sebab, suara Prabowo bakal terbagi ke kandidat poros baru.
Qodari menjelaskan, kontestan pemilu sebenarnya dapat dilihat dari klasifikasi calon petahana dan calon penantang. Dia menilai suara pemilih yang tidak menyukai petahana akan terhimpun kepada satu calon penantang jika hanya ada dua kontestan.
Namun jika calon penantang dua orang atau lebih, suara pemilih yang tidak menyukai petahana kemudian akan terbelah. "Sekarang yang jelas menjadi penantang Pak Jokowi adalah Prabowo Subianto. Kalau ada tiga pasangan calon yang dirugikan adalah Prabowo karena itu suara penantang akan diperebutkan," kata Qodari di kantornya, Jakarta, Rabu (7/3).
(Baca juga: Wacana Poros Ketiga di Pilpres 2019 Jadi Ancaman Buat Prabowo)