Marak Kecelakaan, Waskita Waspada Pilih Proyek Infrastruktur Layang
Kecelakaan yang marak terjadi berbuntut sanksi ternyata tidak membuat PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengendurkan kinerjanya. Namun kontraktor plat merah tersebut memilih untuk berhati-hati memilih proyek, terutama yang memiliki konstruksi melayang (elevated).
Direktur Pengembangan dan Sumber Daya Manusia Waskita Agus Sugiono mengatakan tidak memilih-milih proyek yang akan dikerjakannya. Namun, akan sangat berhati-hati dalam menangani konstruksi melayang (elevated) kedepannya. Beberapa proyek yang diincar saat ini juga merupakan infrastruktur sejajar permukaan tanah seperti jalan tol Jakarta-Cikampek Selatan, tol Probolinggo-Banyuwangi, hingga tol Penajam-Balikpapan.
"Selain (menyelesaikan) Becakayu, proyek lainnya rata-rata at grade (sejajar tanah) semua," kata dia usai diskusi di Jakarta, Rabu (14/3). (Baca: Waskita Karya Hentikan Shift Malam Pekerjaan Konstruksi Layang)
Kecelakaan yang terjadi ternyata juga tidak serta membuat perolehan kontrak Waskita surut. Agus menjelaskan Waskita menargetkan perolehan kontrak baru naik 27,3 persen dari Rp 55 triliun tahun lalu menjadi Rp 70 triliun tahun ini. Meski terlihat cukup besar, Waskita optimistis target tersebut realistis.
Target ini pun akan disesuaikan dengan kondisi teknis dan kesiapan sumber daya manusia yang ada. Apalagi tahun ini akan banyak pekerjaan proyek lama yang akan selesai pembangunannya. Kesiapan SDM menjadi sangat penting untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengerjaan proyek.
Direktur Utama Waskita M. Choliq sempat mengakui kecelakaan kerja yang kerap terjadi pada proyek yang dikerjakan perusahaannya terjadi akibat adanya kelemahan dalam pengawasan. Bertambah besarnya proyek yang digarap Waskita menjadi salah satu alasan lemahnya pengawasan konstruksi.
(Baca: Direksi Hingga Kepala Proyek 3 BUMN Karya Akan Dicopot)
Choliq menilai naiknya produksi Waskita, ternyata tidak diimbangi jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Tahun lalu produksi infrastruktur Waskita, nilainya mencapai Rp 45 triliun. Padahal, dalam tiga tahun sebelumnya nilai produksi Waskita hanya Rp 10 triliun - Rp 15 triliun. "Jadi setiap tahun bisa tumbuh 100 persen, tapi jumlah tenaga kerja hanya naik 20-30 persen," ujarnya.
Akibat kerap terjadi kecelakaan, Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) merekomendasikan untuk mencopot direksi Waskita. Agus menyadari sanksi ini merupakan sesuatu yang wajar. Dia juga megakui adanya ketidakdisiplinan dalam pemasangan batang baja sebagai baut yang digunakan untuk memasang beckisting pada proyek Tol Becakayu.
"Kami juga harus fair (mengakui kesalahan)," kata dia. "Saran regulator dan pemegang saham akan kami ikuti."
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Konstruksi Erwin Aksa mengatakan pemerintah masih tetap memprioritaskan BUMN karya dalam membangun proyek infrastruktur. Padahal sudah banyak kecelakaan konstruksi pada proyek-proyek yang dikerjakan BUMN.
(Baca: Marak Kecelakaan, Kadin Minta Penugasan ke BUMN Karya Dihentikan)
"Mereka akan masih dominan karena penugasan," ujarnya. Kadin Indonesia berharap pemerintah bisa membuka peluang yang sama kepada swasta untuk menggarap proyek proyek infrastruktur.