Pertumbuhan Kredit Rendah, Jokowi Kritik Bank Pilih Main Aman
Presiden Joko Widodo mengkritik perbankan yang hingga saat ini masih cenderung "bermain aman" dalam menyalurkan kredit. Kritik ini dilontarkannya terkait realisasi pertumbuhan kredit tahun lalu yang hanya mencapai 8,4 persen dari target 9 persen hingga 12 persen.
Jokowi mengatakan saat ini rasio kecukupan modal perbankan cukup tinggi, mencapai 23,3 persen. Rasio ini jauh di atas perbankan di negara-negara maju sebesar 12-15 persen. Namun, dia mempertanyakan mengapa perbankan sulit menggenjot penyaluran kredi untuk menumbuhkan perekonomian.
"Saya mau tahu apakah perbankan kita terlalu aman, atau mungkin bapak ibu semua terlalu bermain aman," kata Jokowi dalam acara pertemuan dengan para pimpinan bank umum di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3).
(Baca: Utang Luar Negeri Melonjak Imbas Minimnya Pendanaan Domestik)
Jokowi melanjutkan kritikannya bahwa di era kemajuan teknologi serta globalisasi saat ini kata 'bermain aman' sudah tidak relevan lagi. Dia mengingatkan risiko terbesar bank saat ini adalah tidak berani mengambil risiko untuk merespons perubahan yang terjadi.
"Orang sering mempertahankan status quo atau aman-aman saja. Sekali lagi, itu cuma ilusi," ujar Presiden.
Di lain sisi, masyarakat bisa mengakses perbankan manapun dengan sangat mudah. Belum lagi adanya kompetisi dan keterbukaan di industri jasa keuangan untuk meminjamkan dana kepada masyarakat yang marak saat ini. Oleh sebab itu Presiden menganggap tidak ada pilihan selain terbuka terhadap persaingan, termasuk dengan bank internasional yang ada di Indonesia.
Presiden jug menawarkan langkah yang bisa dilakukan perbankan untuk memacu kredit. Salah satunya dengan berfokus kepada bisnis rintisan (startup), pariwisata, dan gaya hidup. Selain itu ada pula komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit harganya sudah membaik.
"Arahkan Usaha Kecil dan Menengah ke platform digital," kata Presiden. (Baca: Sri Mulyani Dorong Fintech Salurkan Kredit UMKM)