Pacu Produktivitas dan Daya Saing, Pemerintah Rilis Peta Jalan Kopi
Pemerintah tengah mendorong pertumbuhan komoditas kopi nasional agar lebih berdaya saing di pasar dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meluncurkan buku peta jalan (road map) yang diharapkan bisa mendorong peningkatan produktivitas kopi.
Indonesia memiliki luas tanam yang besar, namun belum dimanfaatkan secara maksimal, terlihat dari tingkat produktivitas dan konsumsi per kapitanya yang masih rendah. Hal itu perlu ditingkatkan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia.
(Baca : Konsumsi Kopi Naik Tajam, Produksinya Stagnan)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun mengatakan produktivitas kopi robusta Indonesia saat ini masih berada di level 1 hingga 1,2 ton per hektare. “Budidaya harus dilakukan dengan bibit yang baik dan pemeliharaan yang tepat untuk mendorong produksi,” kata Darmin di Jakarta, Kamis (26/4).
Dibandingkan negara tetangga, Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang produktivitas kopi robusta mencapai 2,7 juta ton per hektare. Padahal, lahan tanam kopi Indonesia dua kali lebih luas dengan 1,2 juta hektare dibandingkan lahan Vietnam yang hanya 630 ribu hektare.
(Baca : Ingin Saingi Starbucks, PTPN XII Jual Kopi Lewat Kafe Milik Sarinah)
Pada 2017, produksi kopi Indonesia sebesar 637 ribu ton dengan komposisi robusta 73% dan arabika sebesar 23%. Indonesia menempati posisi produsen keempat dalam jumlah produksi di bawah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.
Karenanya, buku peta jalam kopi itu diluncurkan karena ke depan peta jalan ini akan menjadi panduan dalam merumuskan kebijakan. Darmin pun berharap, kelak kopi bisa menjaid komoditas unggulan Indonesia.
"Buku Road Map Kopi akan ke Presiden Joko Widodo dan kementerian terkait untuk diimplikasikan menjadi kebijakan,” ujar Darmin.
Meski demikian,pemerintah juga menyadai pengembangan komditas kopi masih menghadapi sjeumlah tantangan. Untuk jangka pendek misalnya, permintaan konsumen lebih tinggi dibandingkan produksi kopi. Namun apabila produksi kopi berlebuhan, maka bisa menyebabkan harga jual kopi jatuh di pasaran, terutama untuk robusta. Oleh karena itu, selain kenaikan produktivitas, tingkat konsumsi juga mesti ditingkatkan.
Tahun 2017, konsumsi kopi Indonesia baru mencapai 1,07 kilogram per kapita. Pemerintah menargetkan permintaan bakal terus meningkat sebesar 6,3% setiap tahun, sehingga konsumsi per kapita bisa mencapai 4,5 kilogram pada 2045. Pada masa mendatang, produksi juga harus mencapai 1,4 juta ton.
Policy Advisor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Lin Che Wei menjelaskan permintaan kopi dunia diperkirakan meningkat dua kali lipat pada 27 tahun mendatang. Penggunaan lahan kopi global pun juga akan berkurang setengahnya.
Atas proyeksi itu, Wei pun menekankan peningkatan produktivitas hingga 4 kali lipat menjadi hal yang penting. “Kuncinya adalah intensifikasi pertanian dalam kopi,” katanya.
Intensifikasi pertanian juga bakal mengundang daya tarik petani kopi untuk produksi. Tren konsumsi yang meningkat tidak dibarengi dengan potensi pertumbuhan tenaga kerja pada 2011 sampai 2015 yang turun 1%. Sehingga, potensinya masih bisa dimaksimalkan.
Ketua Kompartemen dan Specialty Kopi Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) Moelyono Soesilo menjelaskan bahwa banyak potensi peningkatan produktivitas sejalan dengan kenaikan permintaan. Namun, semakin berkurangnya jumlah petani kopi menjadi masalah utama dalam pengembangan industri kopi.
Moelyono meminta pemerintah bisa memberi pendampingan kepada petani lewat Petugas Penyuluh Lapangan. Pasalnya, keinginan menanam kopi petani semakin berkurang jika dibandingkan komoditas lainnya. “Peningkatan produktivitas dapat menguntungkan harga petani,” ujarnya.
Karenanya, road map kopi juga menjadi upaya pemerintah menggerakan kepedulian lebih terhadap kopi dengan cara mengembangkan bibit kopi dengan baik dan melakukan penanaman bibit kopi yang tepat untuk jenis tertentu sesuai dengan keadaan wilayah di Indonesia.
Penyusunan buku ini dilakukan guna mengumpulkan informasi yang komprehensif mengenai kondisi kopi secara domestik maupun global. Road Map Kopi mengupas seluk-beluk dunia kopi dari hulu ke hilir hingga strategi yang perlu dilakukan guna mengembangkan potensi kopi Indonesia.
Berbagai informasi lainnya yang dipaparkan dalam buku ini adalah potensi, tantangan, serta strategi kebijakan jangka pendek hingga panjang pemerintah dalam merespons perkembangan komoditas kopi. Kehadiran buku ini juga diharapkan menjadi gambaran atas kondisi sebenarnya dari komoditas kopi di Indonesia guna bersaing di masa mendatang.