Negara Maju Masuki Era Bunga Tinggi, BI Siap Kerek Lagi Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan pihaknya tidak akan ragu untuk kembali menaikkan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate jika diperlukan. Pernyataan tersebut dia sampaikan setelah mengumumkan kenaikan bunga acuan sebesar 0,25% ke level 4,5%.
"Kalau kondisi mengharuskan kembali penyesuaian policy rate, kami tidak ragu untuk lakukan," kata Agus di kantornya, Kamis (17/5). Menurut dia, BI terus memonitor perkembangan ekonomi dan siap menempuh langkah-langkah yang lebih kuat guna menjaga stabilitas makro ekonomi.
(Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, BI Kerek Bunga Acuan 0,25% Jadi 4,5%)
Adapun kenaikan bunga acuan ke level 4,5% dilakukan BI untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global. Hal itu terutama imbas ekspektasi kenaikan bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate.
Fed Fund Rate diperkirakan akan naik sebanyak dua kali lagi pada tahun ini, yaitu pada Juni dan Desember seiring perbaikan ekonomi di negara tersebut. Sementara pada 2019, Fed Fund Rate diperkirakan bakal kembali mengalami dua kali kenaikan. Saat ini, Fed Fund Rate berada di kisaran 1,5-1,75%.
Ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate telah memicu arus keluar dana asing dari pasar keuangan negara berkembang untuk beralih ke penempatan dalam aset maupun mata uang dolar AS. Seiring kondisi tersebut dolar AS tercatat mengalami penguatan terhadap mata uang dunia lainnya, termasuk rupiah.
(Baca juga: Puluhan Triliun Dana Asing Hengkang, Risiko Arus Keluar Masih Ada)
Secara point-to-point, BI mencatat nilai tukar rupiah melemah sebesar 1,47% terhadap dolar AS pada triwulan I 2018 dan 1,06% pada April 2018. Adapun kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate diharapkan bakal meredam arus keluar dana asing dan penempatan dana dalam dolar AS. Dengan begitu, stabilitas nilai tukar rupiah membaik.
(Baca juga: BI Disarankan Kerek Bunga Acuan daripada Cadangan Devisa Terkuras)
Menurut Agus, kenaikan Fed Fund Rate bakal menandakan dimulainya era suku bunga tinggi di global. Sebab, kebijakan tersebut bakal direspons searah oleh bank sentral negara lainnya. "Kenaikan Fed Fund Rate membuat negara maju sudah akan mengarah pada normaliasasi moneternya, era suku bunga lebih tinggi secara bertahap," kata dia.
Di tengah dinamika global tersebut, BI menyatakan akan terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut ditopang oleh pelaksanaan operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar valas maupun pasar uang.
(Baca juga: BI Kerek Bunga Acuan, Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Tetap 5,1-5,5%)