Harga Daging Ayam dan Busana Naik, Inflasi Mei Rendah 0,21%

Rizky Alika
4 Juni 2018, 12:11
Daging Ayam Potong
ANTARA FOTO/Rahmad

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi pada Mei 2018 sebesar 0,21% secara bulanan (month on month/mom) atau 3,23% secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 0,39% (mom).

Inflasi tertahan seiring terkendalinya harga beberapa komoditas pangan di antaranya beras meskipun harga daging ayam dan busana naik saat Ramadan. “Dengan manajemen stok di berbagai tempat juga panen raya jadi inflasi terkendali,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers di kantornya, Senin (4/6).

Secara rinci, komoditas yang mengalami kenaikan harga tinggi pada Mei yaitu daging ayam ras. Sedangkan berdasarkan golongan, kenaikan tertinggi dialami golongan sandang; diikuti makanan jadi, rokok dan tembakau; dan bahan makanan. Kenaikan juga terjadi pada tarif angkutan udara menjelang libur Idul Fitri.

Ia memaparkan, dari 82 kota yang dipantau BPS, sebanyak 65 kota mengalami inflasi dan 17 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual, Maluku. Sedangkan deflasi paling tinggi terjadi di Pangkal Pinang, Bangka Belitung dan terendah di Pematangsiantar Sumatera Utara.

(Baca juga: Ekonom Sebut Kenaikan Harga Barang Impor Jadi Sumber Inflasi Mei 2018)

Pencapaian inflasi ini lebih rendah dari prediksi beberapa ekonom. Sebelumnya, Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi inflasi berada di level 0,33% (mom) atau 3,35% (yoy). Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi Mei sebesar 0,23% (mom) atau 3,25% (yoy).

Menurut keduanya, inflasi rendah pada Mei seiring terjaganya stok beras imbas kebijakan impor beras sejak awal tahun dan panen raya yang terjadi pada April. Selain itu, kebijakan penetapan harga eceran tertinggi (HET) juga dinilai jadi faktor penyebab terjaganya pergerakan harga pangan.

Terjaganya inflasi juga seiring belum adanya kenaikan berarti pada komponen harga yang diatur pemerintah (administered price). Di sisi lain, para ekonom melihat sumber inflasi yang terlihat jelas pada Mei adalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Ini memicu kenaikan harga barang impor (imported inflation)," kata Andry.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...