Harga Ayam Diprediksi Kembali Normal Pekan Depan
Tingginya harga ayam pada Ramadan dan Lebaran 2018 diprediksi akan kembali normal mulai pekan depan. Penyebabnya adalah permintaan masyarakat akan kembali seperti semula. Adapun, saat Ramadan dan Lebaran, permintaan masyarakat meningkat sebesar 20%.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko memperkirakan harga ayam akan mulai normal pasca-Lebaran. “Pekan depan harga ayam mulai normal, sekarang masih banyak pedagang yang libur,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (18/6).
Mengacu data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, per 14 Juni 2018, harga rata-rata satu kilogram (kg) daging ayam ras mencapai Rp 42.550. Namun, angka itu mulai turun menjadi Rp 39.600 per kg pada 18 Juni 2018.
Untuk mengatur harga ayam, pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 pada 4 Mei 2018 lalu. Aturan itu menyebutkan harga acuan untuk daging ayam adalah Rp 32 ribu per kg.
Aturan lainnya adalah Permendag Nomor 62 tahun 2018 untuk harga khusus ayam pada Lebaran 2018. Di aturan itu, harga eceran daging ayam ras per kg untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, dan Banten maksimal Rp33.000. Sedangkan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah harga maksimalnya Rp 31.500. Untuk provinsi lainnya yakni Rp 34.000.
Menurut Singgih, penurunan permintaan masyarakat setelah Lebaran akan memicu harga kembali normal sesuai acuan. Hal itu juga akan didukung peternak yang terus menggelontorkan pasokan untuk menekan harga.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan harga daging ayam tahun ini merupakan yang tertinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Ini terjadi karena pola produksi ayam secara tahunan.
Dalam kajiannya, harga ayam akan rendah Maret dan April karena produksinya tinggi. Namun, harga akan kembali meningkat karena komponen impor dalam produksi ayam pada bulan Mei hingga Juli. “Setelah itu, harga ayam akan turun sedikit,” ujar Dwi.
Pola fluktuasi harga ayam ini karena ada pakan impor serta stok ayam indukan yang dipasok dari luar negeri. Penyebab lain mahalnya harga ayam adalah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
(Baca: Pelemahan Rupiah Kerek Harga Ayam dan Telur)
Ada dua upaya yang harus dilakukan pemerintah agar harga daging ayam tetap stabil pada semester kedua 2018. Apalagi, kenaikan harga ayam juga diperkirakan akan kembali terjadi akhir tahun.
Pertama, upaya stabilisasi harga dengan penggelontoran pasokan daging ayam ke masyarakat. Kementerian Perdagangan juga harus mengawasi distribusi pasokan dari peternak kepada pedagang yang akan dijual ke konsumen.
Kedua, nilai tukar rupiah harus segera diperbaiki. “Komponen impor dalam produksi ayam dan telur sangat mempengaruhi harga sehingga pasar dunia juga harus diperhatikan,” ujar Dwi.