Startup Kesehatan Halodoc Kejar Gandeng Asuransi
Halodoc, perusahaan rintisan (startup) di bidang kesehatan (health tech) telah menggandeng tiga perusahaan asuransi yakni Allianz, Cigna dan Medicilin untuk mempermudah layanan konsumen. Startup yang diluncurkan 2016 lalu ini memasang target menggandeng hingga belasan perusahaan asuransi di tahun ini.
Salah satu founder-partner Halodoc, Erwin Tenggono, mengatakan perusahaan asuransi menjadi tertarik diajak kerja sama setelah mengetahui produk yang ditawarkan Halodoc. "Kami (bukan) berhasil meyakinkan, namun mereka mengenal produk kita dan menganggap baik, mereka tertarik," kata Erwin kepada Katadataa.co.id, beberapa waktu lalu.
Asuransi yang telah bekerja sama bersedia menanggung klaim nasabah setelah menggunakan layanan Halodoc. Ada tiga jenis layanan Halodoc, yakni konsultasi dokter, pembelian obat di apotek dan penggunaan jasa laboratorium.
(Baca juga: Skala Bisnis Startup Lokal Naik Signifikan dalam 5 Tahun)
Konsumen dapat menggunakan layanan Halodoc setelah mendaftarkan diri dan polisnya di aplikasi Halodoc. Proses bisnis Halodoc ini semacam layanan klinik dan apotek namun disediakan dalam sebuah layanan online lewat aplikasi.
Lewat layanan konsultasi dokter, konsumen Halodoc dapat berdiskusi melalui panggilan telepon, chat atau video call dengan dokter baik umum maupun spesialis. Informasi langsung dari pihak medis sebagai langkah membantu nasabah terhindar dari risiko mendapatkan informasi yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan validitasnya di media online.
Saat ini Halodoc telah bekerja sama dengan sekitar 20 ribu dokter umum dan spesialis. Erwin mengatakan dokter yang tergabung dengan Halodoc diminta memenuhi persyaratan seperti kelengkapan administrasi, izin praktek dokter dan diketahui Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Biaya untuk konsultasi dokter sekitar Rp 35.000 per sesi atau dalam waktu 5-10 menit. Dalam aplikasi, dokter mencantumkan waktu kapan saja mereka dapat dihubungi konsumen.
Erwin mengatakan awal berdirinya Halodoc memang mengatasi persoalan minimnya akses kesehatan terutama ke dokter. "Jumlah rasio dokter di Indonesia masih sedikit, banyak pelayanan di pelosok yang belum terjangkau," kata Erwin.
Ada pun untuk layanan pembelian obat, Halodoc telah bekerja sama dengan seribu apotek yang tersebar di sekitar 30 kota yang sudah tersedia layanan Go-Jek. Mulai 2017, Halodoc berkolaborasi dengan Go-Jek membentuk Go-Med dalam layanan pembelian dan pengiriman obat dari apotek ke rumah konsumen.
(Baca juga: Tak Hanya ke Luar Negeri, Bulan Depan Go-Jek Ekspansi ke 5 Kota Baru)
Untuk memanfaatkan layanan tersebut, pengguna cukup meng-klik Go-Med yang tersedia di aplikasi Go-Jek. Pengguna kemudian akan diarahkan secara otomatis ke layanan apotek di aplikasi Halodoc.
Halodoc mengklaim hanya bekerja sama dengan apotek yang memiliki Surat Izin Apotek (SM) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). "Hanya apotik tepercaya. Harus teregistrasi, legal, serta terdapat koneksi sistem kami dan mereka untuk mengetahui persediaan obat."
Selain itu, Halodoc membuat kesepakatan agar apotek memberikan pelayanan di bawah satu jam. Apabila ternyata apotek wanprestasi seperti ditemukan obat palsu, maka pihak apotek harus bertanggung jawab.
Di luar itu, Halodoc menyediakan layanan laboratorium dengan menggandeng Prodia. Layanan ini memungkinkan petugas laboratorium datang ke rumah konsumen.
Ke depannya Halodoc berencana menggunakan teknologi artificial inteligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam layanan yang tersedia di aplikasi. "Masih dalam proses pengembangan, karena semua era digital berkembang cepat, sehingga penting untuk menggunakan teknologi AI," kata Erwin.
Halodoc diprakarsai oleh Jonathan Sudharta, salah satu direksi di Grup Mensa, perusahaan yang bergerak di bisnis farmasi. Pria lulusan ekonomi dengan spesifikasi e-commerce dari Curtin University, Australia ini melihat kesenjangan akses layanan dokter dan apotek di Indonesia, dan berupaya mengatasi persoalan tersebut.
Jonathan yang kini menjabat sebagai CEO Halodoc kemudian mengajak beberapa orang membangun ekosistem dengan aplikasi Halodoc. Saat awal diluncurkan Halodoc pada April 2016, pengguna aplikasi baru 100 ribu dan sekitar 8 ribu dokter yang bergabung.
Setelah lima bulan peluncuran, pada September 2016 lalu, startup ini mendapat suntikan investasi pendanaan series A sebesar US$ 13 juta dari grup investor yang terdiri dari Clermont Group, Go-Jek, Blibli dan NSI Ventures. Lewat kerja sama dengan Go-Jek, aplikasi Halodoc kini diunduh satu juta pengguna.
Selain Halodoc, startup kesehatan yang menyajikan aplikasi khusus untuk berkonsultasi langsung dengan para dokter, di antaranya Alodokter dan YesDok. Selain itu, ada juga startup yang memberikan kemudahan untuk bertemu langsung dengan dokter seperti MedikaApp dan Medicaboo.