Harga Gas Sulit Turun meski PGN Akuisisi Pertagas

Image title
27 Juli 2018, 18:01
pipa gas Pertamina
Arief Kamaludin|KATADATA

Harga gas bumi untuk industri belum tentu bisa turun meski PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk telah mengakuisisi PT Pertamina Gas. Salah satu penyebabnya adalah faktor harga di hulu atau mulut sumur lapangan minyak dan gas bumi (migas).

Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seni Widagdo mengatakan ada banyak variabel dalam menentukan harga gas. “Salah satu faktor adalah harga gas hulu yg cenderung naik terus,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (27/7).

Advertisement

Meski begitu, dengan integrasi itu, PGN tetap berupaya mendapatkan efisiensi. Alhasil, tidak perlu lagi ada duplikasi untuk investasi seperti pembangunan pipa.

Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIGB) Achmad Saifun mengatakan akusisi Pertagas oleh PGN bukan berarti harga gas bisa turun. Apalagi, jika harga hulu masih tinggi. “Akusisi bukan berarti menurunkan harganya. Apalagi harga hulu diatur pemerintah,” ujar dia.

Adapun menurut Achmad Saifun harga gas di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Utara bisa mencapai US$ 9,95 per mmbtu. Ini masih di atas harga di Malaysia yang hanya US$ 5 per mmbtu.

Namun, harga tersebut menurut Achmad masih wajar. Ini karena biaya di Indonesia lebih mahal daripada di Malaysia.

Jika mengacu Perpres 40 tahun 2016, harga gas bumi ditetapkan tidak lebih dari US$ 6 per MMBTU. Pasal 3 menyebutkan jika harga gas bumi tidak dapat memenuhi keekonomian industri dan lebih tinggi dari US$ 6 per MMBTU, Menteri ESDM dapat menentukannya.

(Baca: Holding Pertamina-PGN Membuat Harga Gas Lebih Murah)

Adapun PGN berencana mengakusisi 51% saham Pertagas. Kedua belah pihak bahkan sudah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA), Jumat 29 Juni 2018.

Reporter: Fariha Sulmaihati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement