Ini Penyebab Ekonomi Tumbuh Tinggi Meski Investasi dan Ekspor Melemah
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 mencapai 5,27% secara tahunan (year on year/yoy), di atas ekspektasi banyak pihak. Pencapaian kuartalan tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang periode Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Para ekonom menyebut membaiknya konsumsi rumah tangga sebagai pendongkrak, di tengah pertumbuhan investasi dan net ekspor yang melambat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 5,14% (yoy) pada kuartal II, naik 0,19% dibandingkan realisasi kuartal I yang sebesar 4,95% (yoy). Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menjelaskan, konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi. Maka itu, membaiknya konsumsi rumah tangga berdampak signifikan.
“Kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 0,19% bisa dipahami berdampak signifikan terhadap pertumbuhan kuartal II, walaupun sesungguhnya pertumbuhan investasi dan net ekspor pada kuartal II mengalami perlambatan,” kata Pieter kepada Katadata.co.id, Senin (6/8).
(Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 5,27%, Tertinggi Selama Periode Jokowi)
Ia menjelaskan, konsumsi rumah tangga terbantu oleh kenaikan konsumsi lembaga nonpemerintah serta kenaikan belanja pemerintah. Adapun kenaikan belanja pemerintah yang dimaksud khususnya bantuan sosial (bansos) dan tunjangan hari raya (THR). BPS mencatat penyaluran bansos mencapai Rp 27,19 triliun pada kuartal II atau naik 67,57% (yoy).
Ekonom Mandiri Sekuritas Masyita Crystallin juga berpendapat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang di atas estimasi sebagai penyebab pertumbuhan ekonomi melebihi ekspektasi. “Konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi dari estimasi yaitu 5,14% – pertumbuhan tertinggi sejak kuartal II 2014,” kata dia.
(Baca juga: Pertanian & Perikanan Penopang Besar Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II)
Di sisi lain, konsumsi pemerintah diduga belum optimal mendongkrak pertumbuhan ekonomi. BPS memang mencatat konsumsi pemerintah tumbuh 5,26% pada kuartal II, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang hanya 2,73%. Namun, belanja yang masuk dalam komponen tersebut hanya belanja barang, sosial dan pegawai.
Sementara itu, belanja modal disebut Masyita mengalami kontraksi. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab pertumbuhan investasi melambat menjadi hanya 5,87% pada kuartal II, lebih rendah dari kuartal sebelumnya 7,95%. “Penurunan ini sebagian karena kontraksi belanja modal pemerintah,” ujarnya.
Kontributor Pertumbuhan Ekonomi | Kuartal II 2017 (yoy) | Kuartal I 2018 (yoy) | Kuartal II 2018 (yoy) |
Konsumsi rumah tangga | 4,95% | 4,95% | 5,14% |
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) | 8,49% | 8,09% | 8,71% |
Konsumsi Pemerintah | -1,93% | 2,74% | 5,26% |
Investasi atau Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) | 5,35% | 7,95% | 5,87% |
Ekspor Barang dan Jasa | 3,36% | 6,06% | 7,70% |
Dikurangi Impor Barang dan Jasa | 0,55% | 12,66% | 15,17% |
Pertumbuhan Ekonomi | 5,01% | 5,06% | 5,27% |
Sumber: BPS (Diolah)
Ke depan, Pieter melihat masih adanya peluang pertumbuhan ekonomi lebih tinggi asalkan pemerintah bisa menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga dengan melanjutkan bansos, khususnya dalam bentuk program padat karya tunai (cash for work). Konsumsi rumah tangga juga bisa tetap terjaga dengan disokong oleh inflasi yang terjaga meskipun rupiah melemah.
Di sisi lain, Pieter melihat adanya potensi investasi tumbuh membaik di kuartal berikutnya sehingga bisa turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan investasi bisa diharapkan kembali meningkat seiring terus membaiknya harga komoditas,” ujarnya. Berbeda dengan Masyita, ia lebih melihat pertumbuhan investasi yang melambat di kuartal II lantaran banyaknya libur terkait Ramadan dan Lebaran serta faktor politik yaitu adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.
Namun, ia menilai, pemerintah bakal sulit mencapai target pertumbuhan ekonomi sesuai target Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2018 yaitu 5,4%. Sebab, sepanjang semester I, pertumbuhan ekonomi tercatat baru mencapai 5,17%. Menurut perhitungan dia, pertumbuhan ekonomi yang paling realistis adalah di sekitar 5,2%.
“Skenario sangat optimis, yaitu pemerintah bisa menjaga momentum pertumbuhan pada kuartal III dan kuartal IV dengan melanjutkan program bansos, padat karya tunai, diikuti pulihnya kepercayaan investor yg mendorong bangkitnya investasi maka pertumbuhan ekonomi saya perkirakan bisa mendekati 5,3%,” ujarnya.