KKP Ungkap Penyebab Kematian Massal 200 Ton Ikan di Danau Toba

Michael Reily
13 September 2018, 18:52
Pusat Perikanan Nasional
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Ikan Napoleon (Chielinus Undulatus) berada di keramba di pulau Sedanau, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (3/8).

Kementerian Kelautan dan Perikanan mengungkapkan kematian massal yang menyebabkan 200 ton ikan di perairan Danau Toba mati massal akibat penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) masyarakat yang tak sesuai dan melebihi kapasitas. Karenanya, KKP bakal mengurangi pemakaian KJA di danau dan melakukan penanganan melalui pola budidaya yang lebih ramah terhadap lingkungan.

"Kita harus lebih mengenal alam untuk menghindari kerugian seperti kematian massal," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief Widjaja di Jakarta, Kamis (13/9).

Sjarief Widjaja menyatakan ada 4 penyebab utama kematian massal ikan, seperti faktor lokasi budidaya KJA yang dinilai sangat dangkal dengan kedalaman di bawah 20 meter. Kedua, lokasi kawasan tertutup sehingga sulit untuk pergantian air secara alami. Ketiga, kepadatan tebar ikan dalam KJA sangat tinggi padahal ukuran ikan rata-rata di atas 500 gram. Terakhir, terjadinya umbalan, fenomena pergerakan air yang temperatur dan kandungan massanya tak sesuai dengan kehidupan ikan.

(Baca : Rawan Penyakit, KKP Siapkan Strategi Pengendalian Kesehatan Lingkungan)

Sjarief pun memberi usulan terkait upaya pengendalian dan penanganan dalam penggunaan KJA di danau.  Dia pun merekomendasikan penggunaan KJA harus dilakukan sesuai dengan standar dan daya dukung dengan zonasi yang telah ditentukan. Adapun untuk periode budidaya dengan KJA menurutnya boleh dilakukan pada Februari hingga Juni dalam satu kalender tahunan.

Tabel Kajian Daya Dukung Danau/Waduk di Indonesia

NomorDanau/WadukProvinsiDaya Dukung (Ton/Tahun)Produksi (Ton/Tahun)Status
1JatiluhurJawa Barat5.67652.102Melebihi
2CirataJawa Barat5.96735.359Melebihi
3SagulingJawa Barat3.0745.919Melebihi
4DarmaJawa Barat6514.000Melebihi
5WonogiriJawa Tengah14.6735.445Belum
6Wadas LintangJawa Tengah4.4394.179Belum
7Kota PanjangRiau27.9293.240Belum
8ManinjauSumatera Barat1.0802.702Melebihi
9TobaSumatera Utara50.00075.559Melebihi

Sumber: KKP, 2014


Selain itu, KKP juga akan menyebarkan peringatan dengan poster kepada pembudidaya KJA di danau. Selain itu, ada sistem peringatan dini yang bekerja sama dengan operator telekomunikasi untuk mengingatkan batas waktu budidaya KJA lewat aplikasi atau pesan singkat. "KJA harus mengikuti siklus, kepadatan, dan peletakan supaya tidak ada potensi kerugian," ujar Sjarief.

Dia menyebutkan, 1 kilogram ikan nila atau bandeng bernilai RP 25 ribu. Sehingga, secara total, kerugian di Danau Toba bisa mencapai Rp 5 miliar. KKP juga meminta supaya pengurangan penggunaan KJA sesuai dengan kapasitas produksi danau. Sebab, danau bukan lokasi budidaya untuk mengembangkan  industri perikanan.

KJA Smart menurutnya lebih cocok digunakan karena akan membantu budidaya ikan di danau. Contohnya, dengan membuat KJA mengerucut di bagian bawah lalu ditampilkan alat penyedot supaya kotoran yang terkumpul bisa dibersihkan.

( Baca : Menteri Susi Klaim Produksi dan Ekspor Ikan Tahun Lalu Meningkat) 

Selain itu, KKP menyarankan, penggunaan eceng gondok sebagai pengendalian kotoran secara natural. "Daun eceng gondok kalau digunakan secara tepat bisa menjadi alat pengikat logam yang menyebabkan air kotor," katanya lagi.

KKP pun mulai melakukan program Cultural Based Fisheries (CBF) atau teknik budidaya perikanan dengan mengoptimalkan wilayah danau tanpa harus memaksanya jadi industri. Program CBF bakal membuat danau memiliki hasil perikanan tanpa penggenjotan produksi yang dilakukan secara mekanisasi.

Sjarief mengaku telah memulai program CBF di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. "Kami menebar 8 juta benih bandeng, nila, dan patin siam sesuai dengan wilayah dan mengoptimalkan gulma sehingga mereka berkembang secara natural," ujarnya.

Program CBF bakal dilanjutkan di Waduk Cirata dan Waduk Saguling hingga akhir tahun 2018. Rencananya, program ini bakal teraplikasikan di Danau Toba untuk menghindari kematian massal dan mengedukasi masyarakat sekitar yang mata pencahariannya lewat danau.

(Baca juga:  Setop Penenggelaman Kapal, Kalla: Ada Protes dari Negara Lain)

Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...