Ekonomi Digital Diprediksi Sumbang 9,5% PDB pada 2025

Desy Setyowati
18 September 2018, 11:14
Tech in Asia
Arief Kamaludin|KATADATA
Tech in Asia Jakarta 2016 mengupas informasi terkini tentang tantangan dan dinamika industri startup dan e-commerce.

Ekonomi digital diproyeksi menyumbang US$ 155 miliar atau 9,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2025. World Market Monitor menyebut, sumbangan ini terdiri dari peningkatan lapangan kerja senilai US$ 35 miliar atau 2,1% PDB dan mendorong produktivitas US$ 120 miliar atau 7,4% PDB.

Hanya, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik Raden Pardede melihat ini sebagi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Alasannya, karena Indonesia masih menghadapi minimnya talenta yang mumpuni di bidang digital. “Harus ada mitigasi dalam hal inequality,” ujarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Olveh, Jakarta, Senin (17/9) sore.

Advertisement

Menurut data World Market Monitor, ekonomi digital bisa menciptakan 3,7 juta lapangan kerja hingga 2025. Hanya, selama proses tersebut ada pekerjaan yang hilang atau tergantikan. “Pekerjaan yang (sifatnya) berulang-ulang atau rutin itu pasti tergantikan,” kata Raden. Untuk itu, perlu ada upaya menigkatkan kemampuan masyarakat di bidang ekonomi digital.

Kabar baiknya, kehadiran e-commerce menyumbang 30% peningkatan konsumsi di Indonesia pada 2017. Alhasil, e-commerce diproyeksi menyumbang pendapatan di sektor retail sebesar US$ 20 miliar atau setara2-3% PDB pada 2022. “Pendapatan ini setara PDB Bali pada 2018,” kata dia. Setidaknya, ada 1,6 juta paket e-commerce yang terkirim pada 2022.

Hanya, e-commerce seringkali dianggap sebagai biang kerok tingginya impor di Tanah Air. Menurut dia, membatasi impor adalah langkah yang salah. Yang harus dilakukan pemerintah justru meningkatkan ekspornya. “Indonesia memproteksi diri dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan tarif, ini tindakan defensif. Filosofinya menutup diri, bukan memperbaiki diri (dengan mendorong ekspor),” ujarnya.

(Baca juga: Pemerintah Bidik Dana Infrastruktur & Digital di Forum IMF-Bank Dunia)

Ia memandang, langkah terbaik menghadapi era digital adalah mendorong produktivitas. Caranya, bisa dengan mendorong produktivitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ataupun manufaktur. Kemudian, memasarkan produknya lewat e-commerce. “Tinggal bagaimana currency lost-nya diatasi. Itu bisa (mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah),” katanya.

CEO Tokopedia William Tanuwijaya pun sependapat. Ia mengatakan, kondisi Indonesia berbeda dengan Tiongkok. Produktivitas manufaktur dan UMKM di negeri tirai bambu sangat baik. “Sementara Indonesia masih berbasis UMKM. Apakah Indonesia siap?” kata dia.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement