Bawa Rp 1,5 Triliun, Startup Unicorn India OYO Jajal Pasar Indonesia
Startup unicorn asal India OYO investasi sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun untuk ekspansi ke 35 kota di Indonesia hingga 2019. OYO optimistis, langkah ini bisa menciptakan 60 ribu lapangan kerja baru di Tanah Air.
Startup penyedia layanan pemesanan hotel secara online ini sudah menggandeng lebih dari 30 pengelola properti dengan 1.000 kamar hotel di Jakarta, Surabaya, dan Palembang. Berikutnya, OYO akan menyasar Yogyakarta, Bandung, Bali, dan beberapa kota lain hingga 2019.
"Kami fokus memperluas pasar. Masuk ke Indonesia adalah langkah relevan untuk memimpin pasar," ujar Pendiri sekaligus CEO OYO Hotels Ritesh Agarwal di WeWork Revenue Tower, Jakarta, Kamis (18/10).
Menurutnya, Indonesia adalah pasar potensial selain India dan Tiongkok. Untuk itu, ia tak heran bila aplikasi sejenis seperti Airbnb berkembang pesat di Indonesia. Untuk merebut pasar, ia pun mengaplikasikan nuansa penginapan yang diidentik dengan budaya lokal. Selain itu, aplikasi OYO tersedia dalam Bahasa Indonesia untuk memudahkan pengguna.
OYO juga memastikan hotel atau penginapan yang menjadi mitranya memenuhi standar perusahaan. Di antaranya, harus dilengkapi dengan fasilitas seperti perlengkapan mandi yang bermerek; Wireless Fidelity (WiFi); customer support 24 jam; televisi (TV); dan Air Conditioner (AC). Pengguna pun punya pilihan untuk memesan lebih dulu, bayar kemudian.
(Baca juga: 7 Janji Pemerintah kepada Investor di Sektor Digital)
Ritesh menyatakan, perusahaannya memerhatikan hal-hal detail seperti itu untuk memastikan kepuasan pasar. "Sama seperti di Tiongkok ataupun India, kami memelajari pasar Indonesia yang unik. Kami mengerti dan merespons hal tersebut," kata pria 24 tahun itu. "Ada nuansa lokal yang kecil-kecil, tapi kami memperhatikan hal itu."
Dengan strategi itu, Ritesh mengklaim bahwa OYO memimpin revolusi bisnis sewa dan waralaba hotel kelas menengah dan budget di India, Tiongkok, Malaysia, dan Nepal. OYO juga masuk ke pasar Inggris dan Uni Emirat Arab beberapa waktu lalu. "Prioritas kami saat ini adalah menyediakan layanan menginap berkualitas dengan harga mulai dari Rp 149 ribu dan menjadi jaringan hotel terbaik di Indonesia," ujarnya.
Perusahaan dengan nama resmi Oravel Stays Pvt ini menggandeng pengembang penginapan dengan mengadopsi model manajemen dan franchise. Kontrol dan manajemen dipegang penuh oleh OYO, sebagaimana telah diterapkan di India dan Tiongkok. Namun, Ritesh enggan menyebutkan besaran komisi yang diterapkan. Hanya, Bloomberg melaporkan bahwa OYO memungut komisi hingga 25%.
Country Lead OYO Hotels Indonesia Rishabh Gupta menambahkan, perusahaannya mengadopsi teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. "Teknologi ini berbasis pada apa yang paling sering dilihat (oleh pengguna) lewat aplikasi OYO," katanya.
(Baca juga: BKPM Longgarkan 2 Aturan Investasi Digital)
Selain itu, OYO mencatat bahwa okupansi penginapan yang menjadi mitra rata-rata meningkat dari 25% menjadi 80% setelah bergabung. "Kami menerima respons yang sangat positif sejak pertama kali meluncurkan layanan di Indonesia dan tidak sabar untuk melayani lebih banyak tamu ke depan," kata dia.
Head Central Operation OYO Indonesia Tadeus Nugraha mengatakan, kehadiran OYO di Indonesia semestinya akan menciptakan 60 ribu lapangan kerja hingga 2020. "Perhitungan kami, setiap (tambahan) tiga kamar akan menciptakan lapangan kerja," uja dia.
Pada kesempatan itu, pemilik La Maison d Ilona Kemang, Raditya menyampaikan, okupansi penginapannya naik menjadi 85-90% setelah bergabung dengan OYO. Berdasarkan data Booking.com, peringkat penginapannya pun naik dari tujuh menjadi sembilan.
"Aplikasinya sederhana dan cepat. Teknologinya canggih. Saya bergabung enam bulan, pendapatan naik lebih dari 50%," ujarnya.
Begitu pun dengan Purwadi, perwakilan dari PT Adhi Persada Properti menyampaikan bahwa okupansinya naik dari 60% menjadi 80%. Sementara perwakilan Sarwaki Residence Indonesia, Lidya mengatakan bahwa okupansinya naik dari 28% menjadi 92%.
Adapun OYO sudah menggandeng 10 ribu mitra yang tersebar di 350 kota di enam negara. OYO Hotels juga terintegrasi dengan 211 ribu franchised dan kamar yang dapat disewa. OYO Hotels melayani lebih dari 125 ribu kamar hotel setiap harinya.
OYO pun baru mendapat modal senilai US$ 1 miliar untuk ekspansi ke beberapa negara pada September 2018 lalu. SoftBank Vision Fund, Sequoia Capital dan Lightspeed Venture Partners menyuntikan dana senilai US$ 800 juta. Sisanya, berasal dari investor lain. Setelah mendapat modal, valuasi OYO diperkirakan mencapai US$ 4-5 miliar.