BI Pertahankan Bunga Acuan 5,75%, Pantau Kebijakan Bunga Negara Lain

Martha Ruth Thertina
Oleh Martha Ruth Thertina - Rizky Alika
23 Oktober 2018, 15:56
Bank Indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA

Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% dalam rapat bulanan pada 22-23 Oktober. Keputusan tersebut diharapkan dapat memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah kondisi global yang tidak pasti. Ketahanan eksternal yang dimaksud terkait dengan neraca pembayaran Indonesia.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan transaksi antara penduduk Indonesia dan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. NPI tercatat mengalami defisit US$ 4,3 miliar pada kuartal II lalu. Adapun, defisit NPI menggambarkan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan valas di dalam negeri yang membuat kurs rupiah tertekan.

Defisit NPI tersebut seiring dengan melebarnya defisit transaksi berjalan (perdagangan barang dan jasa) yaitu mencapai US$ 8 miliar atau 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit yang melebar tersebut tak mampu ditambal surplus transaksi modal dan finansial yang hanya mencapai US$ 4 miliar. 

“Keputusan tersebut (bunga acuan tetap) konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga bisa semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam Konferensi Pers di Gedung BI, Jakarta, Selasa (23/10).

(Baca juga: Siklus Musiman, Defisit Transaksi Berjalan Kuartal III Diramal Turun)

Ke depan, Mirza menjelaskan kebijakan bunga acuan akan terus diarahkan untuk menjaga neraca pembayaran. Maka itu, dalam menentukan kebijakan bunga acuan, BI terus memantau perkembangan defisit transaksi berjalan, selain memantau bunga acuan AS yang dalam tren kenaikan hingga 2020 dan bunga acuan negara tetangga.

Dalam meredam defisit transaksi berjaan, ia menjelaskan, pihaknya juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Harapannya, defisit transaksi berjalan bisa turun ke kisaran 2,5% terhadap PDB pada 2019 mendatang, lewat kebijakan menggenjot ekspor dan menurunkan impor.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...