Upaya Mendongkrak Investasi Migas yang Anjlok Tiga Tahun Terakhir

Anggita Rezki Amelia
25 Oktober 2018, 19:55
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.

Investor minyak dan gas bumi (migas) yang tergabung dalam Indonesian Petroleum Association (IPA) membeberkan penyebab investasi turun sejak 2014. Turunnya investasi ini dinilai bukan hanya karena faktor harga minyak dunia.

Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan saat ini sebenarnya harga minyak sudah membaik. Bahkan, harga minyak mengalami tren kenaikan selama setahun terakhir.

Jika mengacu data Kementerian ESDM, harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2016, rata-rata harga minyak hanya US$ 35,46 per barel. Tahun 2017, bisa mencapai US$ 51,15 per barel.

Namun, investasi migas justru turun sejak periode 2014 hingga 2017. Tahun 2014, investasinya bisa mencapai US$ 21,7 miliar, tahun 2015 sebesar US$ 17,9 miliar, tahun 2016 sebesar US$ 12,7 miliar dan 2017 mencapai US$ 11 miliar. Sementara itu, hingga kuartal III tahun 2018, investasi migas hanya US$ 8 miliar.

Atas dasar itu, menurut Marjolijn, ada faktor lain yang menyebabkan investasi migas turun. “Kenaikan harga minyak kan terjadi hampir setahun ini. Jadi sepertinya investor sedangkan mempertimbangkan termasuk untuk memilih investasi mana yang lebih menguntungkan,” kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (25/10).

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya juga menilai, kenaikan harga minyak seharusnya menjadi momentum mendongkrak investasi. Namun, peluang itu tampaknya tak bisa diraih Indonesia karena beberapa kendala.

Lepasnya peluang menarik investasi ini terlihat dari hasil lelang blok migas yang digelar pemerintah tahun ini. Dari lelang tersebut ada blok yang tidak laku. Padahal, pemerintah telah memperpanjang jadwal lelang memberi ruang bagi investor.

Peluang itu justru dimanfaatkan oleh negara tetangga seperti Vietnam dan Myanmar. Menurut Berly, negara tersebut kini lebih maju dari Indonesia dalam menarik investor, karena memiliki beberapa terobosan seperti kejelasan regulasi, juga kecepatan prosedur dalam proses administrasi.

Sebaliknya, Indonesia saat ini masih berkutat dengan permasalahan-permasalahan regulasi. Berly pun mengutip data survei PriceWaterhouseCoopers (PwC) tahun 2016 yang membeberkan faktor penyebab iklim investasi sektor migas tidak menarik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...