Analisa Sri Mulyani soal Penguatan Rupiah yang Kini Berkisar Rp 14.500
Rupiah terus menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan hari ini, seperti dilansir oleh Bloomberg, rupiah kembali menguat 1,45% dari penutupan perdagangan kemarin dan menyentuh nilai Rp 14.590 per dolar AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyambut baik hal tersebut. Menurutnya, investor melihat usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan otoritas terkait.
"Dengan berbagai strategi yang kami lakukan bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kita menjaga stabilitas dari sektor keuangan dan stabilitas ekonomi," katanya di sela acara World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 di Nusa Dua, Bali, Rabu (7/11).
Seperti itu, ia juga menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup baik. Dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5%, inflasi terjaga di bawah 3,5%. "Kebijakannya sangat progresif, struktur kebijakan untuk investasinya juga ambisius," katanya.
(Baca juga: Lima Sebab Menguatnya Kurs Rupiah dalam Waktu Cepat)
Sri Mulyani pun berjanji untuk terus menjaga tren penguatan nilai tukar. Pasalnya, pada Desember mendatang, ada kemungkinan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan menaikan kembali suku bunga acuan Fed Fund Rate.
Selain itu, perang dagang yang terjadi anatara AS dengan Tiongkok juga akan tetap memberikan sentiment terhadap dinamika nilai tukar rupiah. "Kita tetap menjaga fleksibilitas ekonomi. Sehingga waktu gejolak atau perubahan yang terjadi, ekonomi kita itu tidak mudah patah, meski mungkin bisa bergoyang, tapi kita tetap bisa bertahan," katanya.
Menurutnya, pemerintah akan menjalankan mitigasi berbagai factor penyebab fluktuasi rupiah. Seperti, dia akan fokus pada kebijakan dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan industri kreatif.