Kurs Rupiah Terlalu Lemah, Nilai Fundamental Rp 14.200 per Dolar AS

Rizky Alika
9 November 2018, 12:00
Rupiah
Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah dipatok pada level Rp11.722 per dolar AS, melemah 0,14% dibandingkan

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengatakan nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental ekonomi berada pada posisi 14.200 per dolar Amerika Serikat (AS). Artinya, posisi rupiah saat ini yang bergerak pada kisaran 14.600 per dolar AS masih terlalu lemah.

"Kalau lihat REER (Real Effective Exchange Rate) 86-88%, (nilai fundamentalnya) 14.200 (per dolar AS)," kata dia di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (11/8). REER adalah indeks nilai tukar mata uang dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.

Meski begitu, ia melihat kemungkinan penguatan nilai tukar rupiah bersifat sementara dan berisiko kembali melemah ke kisaran 15.000 per dolar AS. Alasannya, penguatan nilai tukar rupiah sekarang ini lantaran banyaknya sentimen positif, baik dari global maupun domestik. Sentimen tersebut bisa saja berbalik arah.

(Baca juga: Aliran Masuk Dana Asing dan Penguatan Rupiah Diuji Jelang Akhir Tahun)

Dari sisi global, indeks dolar AS melemah sehingga membuat mata uang negara lainnya menguat, termasuk rupiah. Kemudian, penurunan harga minyak dunia yang memunculkan optimisme neraca dagang migas membaik. Penurunan harga minyak seiring dengan adanya keringanan kepada delapan negara untuk tetap bisa membeli minyak dari Iran setelah pengenaan sanksi penuh oleh AS.

Kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) paruh waktu juga memberikan sentimen positif terhadap negara-negara berkembang. "Kekhawatiran hawkish-nya The Fed (bank sentral AS) berkurang," ujarnya. Namun, sentimen positif tersebut bisa berbalik arah lantaran masih ada peluang kebijakan tidak pasti dari Presiden AS Donald Trump. 

Penyebab lainnya, persepsi investor di pasar global mulai berubah dari yang sebelumnya berhati-hati dalam mengambil risiko (risk off) menjadi berani mengambil risiko (risk on). Maka itu, investor mulai menempatkan kembali dananya di saham dan obligasi Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...