Impor Migas Melonjak, Neraca Dagang Oktober Defisit Besar US$ 1,82 M
Neraca perdagangan Indonesia periode Oktober 2018 kembali mencatat defisit US$1,82 miliar seiring dengan melonjaknya nilai impor US$ 17,62 miliar melebihi performa ekspor yang hanya tercatat sebesar US$ 15,8 miliar. Ini merupakan defisit neraca perdagangan terbesar kedua sepanjang 2018, setelah per Juli lalu neraca dagang Indonesia mencatat defisit US$ 2 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan defisit neraca perdagangan Oktober dipicu oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar US$ 1,4 miliar dan US$ 393,2 juta.
"Kita harus menurunkan defisit dengan kebijakan yang lebih tepat supaya transaksi berjalan lebih baik," kata Suhariyanto di Jakarta, Kamis (15/11).
(Baca: Pemerintah Optimistis Neraca Dagang Oktober Surplus)
Menurut catatan BPS, sepanjang bulan lalu impor migas melonjak 26,97% dan impor nonmigas naik 19,42% dibandingkan September 2018.
Pada impor migas, kenaikan tertinggi dicatat oleh kenaikan impor hasil minyak sebesar 30,46% yang diikuti impor minyak mentah 23,72%,, dan gas melonjak 18,28%. Sedangkana pada nonmigas, kenaikan tertinggi dipimpin oleh impor bahan baku penolong sebesar 22,59% menjadi US$ 13,37 miliar diikuti impor barang modal meningkat 15,57% menjadi US$ 2,75 miliar dan impor barang konsumsi 13,28% menjadi US% 1,50 miliar.
Adapun dari sisi komoditas impor non migas, peningkatan impor terbesar dicatat oleh impor komoditas mesin dan pesawat mekanik naik US$ 363,2 juta, besi dan baja naik US$ 328,5 juta, dan mesin atau peralatan listrik naik US$ 312,3 juta. Peningkatan impor terbesar berasal dari Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan.