Saling Serang, Ini Beda Gaya Komunikasi Politik Jokowi dan Prabowo

Dimas Jarot Bayu
16 November 2018, 06:00
Jokowi Prabowo
ANTARAFOTO | Puspa Perwitasari

Gaya komunikasi politik kandidat calon presiden dalam Pilpres 2019 akan menjadi poin penting dalam menggaet pemilih. Gaya ini dapat mempengaruhi pesan-pesan yang dibawa oleh para calon untuk menarik perhatian publik.

Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto mengatakan dua kontestan -Joko Widodo dan Prabowo Subianto- memiliki gaya komunikasi politik yang berbeda. Jokowi dinilai memiliki gaya komunikasi politik equalitarian. Sementara Prabowo lebih dinamis.

Menurut Gun Gun, gaya equalitarian Jokowi mengutamakan kesetaraan antara komunikator dan komunikan. Jokowi sangat jarang menggunakan diksi-diksi yang tinggi dan sulit dimengerti untuk bisa mengelola kekuatan dari berbagai kelompok. “Kerap kali membingkai pesan untuk harmoni,” kata Gun Gun di Populi Center, Jakarta, Kamis (15/11).

Gaya komunikasi politik Jokowi ini membuat kampanye menyerangnya sangat implisit. Jokowi tak terang-terangan dalam mengkritik lawan politiknya. Ini dapat dilihat dari ucapan politisi sontoloyo dan politik genderuwo. (Baca: Genderuwo–Tampang Boyolali, Perang Diksi Capres Berebut Hati Publik).

Politisi sontoloyo terlontar dari mulut Jokowi ketika pembagian sertifikat tanah kepada warga Kebayoran Lama di Jakarta Selatan, Selasa (22/10). Jokowi menyebut politisi sontoloyo kerap mepmengaruhi masyarakat dengan isu-isu yang tak jelas.

Atau pula ucapan politik genderuwo yang muncul ketika Jokowi mengunjungi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11). Dia menggunakan istilah tersebut untuk menunjukkan ada politisi yang menggunakan gaya menakut-nakuti masyarakat.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...