Terseret Kejatuhan Bursa Global, IHSG Dibuka Anjlok 1,46%
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 1,46% ke level 5.917,70 poin dan mencatat penurunan terburuk di Asia pada pembukaan perdagangan, Rabu (21/11). Kejatuhan bursa Amerika Serikat (AS) dan sejumlah bursa Asia yang disebabkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global menjadi faktor utama yang menyeret IHSG.
Indeks Dow Jones pada penutupan perdagangan Selasa (20/11) longsor 2,21% sedangkan Indeks S&P 500 anjlok 1,82% dan Nasdaq 1,7%. Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dibuka turun 0,63% menjadi 21.447,53 poin. Indeks Hang Seng turun 0,49% menjadi 25.714 poin. Indeks Komposit Bursa Shanghai juga turun 0,41%. Adapun Indeks Strait Times Singapura dibuka menguat 0,08% menjadi 3.029,34 poin.
Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya dalam risetnya mengatakan, IHSG berpotensi terkoreksi pada perdagangan hari ini karena sentimen negatif dari bursa AS dan bursa regional. Investor beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman (safe haven) seperti dolar AS dan obligasi pemerintah AS (US Treasury). Hal ini membuat indeks dolar naik dari 96,16 poin ke 96,83 poin.
Seluruh sektor dibuka di zona merah. Indeks saham sektor keuangan turun paling dalam 1,84% menjadi 1.124,9 poin. Indeks sektor aneka industri juga turun 1,77% menjadi 1.388,56 poin. Indeks sektor infrastruktur menyusul di urutan ketiga terburuk dengan penurunan 1,58% menjadi 1.059,84 poin. Kemudian berturut-turut ada indeks sektor konsumer yang turun 1,4%, indeks sektor manufaktur turun 1,35%, indeks sektor properti -1,28%, dan indeks sektor agribisnis -1,26%. Indeks sektor pertambangan turun 1,25%, indeks sektor perdagangan -0,95%, dan indeks sektor industri dasar -0,94%.
(Baca: Pelemahan Rupiah dan Faktor Global Masih Membayangi Bursa)
Nilai transaksi saham mencapai Rp 2,08 triliun dengan volume saham yang ditransaksikan 2,24 miliar saham. Sebanyak 93 saham naik, 210 saham turun, dan 110 saham stagnan. Investor asing mencatat penjualan bersih (net sell) Rp 229 miliar di seluruh pasar. Investor asing melepas saham-saham berkapitalisasi pasar besar, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 71,7 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 52,5 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 35,6 miliar, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 27,6 miliar, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 18,5 miliar.
Saham PT Propertindo Mulia Investama Tbk (MPRO) memimpin jajaran top gainers dengan kenaikan 12,21% menjadi Rp 965. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) di urutan kedua dengan kenaikan 2,6% menjadi Rp 1.970. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) di urutan ketiga dengan kenaikan 2% menjadi Rp 11.475.
PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK) mencatat penurunan terdalam di jajaran top losers, yakni 9,9% menjadi Rp 183. PT Smartfren Tbk (FREN) di posisi kedua dengan penurunan 6,52% menjadi Rp 87. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) di posisi ketiga dengan penurunan 5,39% menjadi Rp 1.405.
(Baca: Angin Segar untuk Pasar Modal di Tengah Ancaman Naiknya Risiko)