Indonesia Kaji Potensi Kerja Sama Impor Gula dari Malaysia
Indonesia dan Malaysia membuka peluang kerja sama perdagangan komoditas gula. Hal itu ditegaskan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno usai menerima kunjungan Menteri Perdagangan Dalam Negeri Hal Ehwal Pengguna (PDNHEP) Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail beserta rombongannya di Kantor Kementerian BUMN pada Senin (26/11).
Pertemuan tersebut juga diikuti Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro, Deputi Bidang Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro, Direktur Utama PTPN III Holding Dolly Pulungan, dan Direktur Utama PT RNI (Persero) Didik Prasetyo.
Menteri Rini mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak memaparkan tentang kondisi industri gula di masing-masing negara. Dari diskusi tersebut, kedua negara pun melihat ada potensi kerjasama perdagangan gula yang bisa dikembangkan keduanya ke depan.
“Surplus produksi gula domestik Malaysia bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri. Namun kami terlebih dahulu akan mempelajari secara lebih detail dan komprehensif mengenai potensi kerjasama tersebut,” kata Rini dalam keterangan resmi, Senin (26/11).
(Baca: Kementan Targetkan Produksi Gula Capai 2,5 Juta Ton di 2019)
Menurut Rini, perusahaan BUMN yakni PTPN Grup saat ini tengah berupaya meningkatkan produksi gula Nasional lewat proyek revitalisasi pabrik gula. Selain itu, PTPN Grup juga tengah mengembangkan program hilirisasi, seperti untuk memproduksi etanol dan listrik.
Langkah tersebut akan memangkas ongkos produksi gula BUMN sehingga gula dapat dijual dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat tanpa mengesampingkan upaya peningkatan kesejahteraan petani, mitra, karyawan, maupun keuntungan perusahaan negara.
Merujuk pada paparan Menteri PDNHEP Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail, kebutuhan komoditas gula di Negeri Jiran itu saat ini mencapai 1,5 juta ton yang terdiri dari sekitar 800 ribu ton untuk kebutuhan industri dan sekitar 700 ribu ton untuk kebutuhan rumah tangga. Sementara produksi gula Nasional Malaysia mencapai 3 juta ton. Jika dibandingkan dengan kebutuhan domestik, maka produksi gula di Malaysia mengalami surplus sekitar 1,5 juta ton.
Sehubungan dengan hal tersebut, kedua negara telah menunjuk perwakilan delegasi masing-masing guna mengkaji secara komprehensif potensi kerja sama tersebut.
Indonesia masih memiliki ketergantungan terhadap impor gula mentah untuk kebutuhan industri maupun konsumsi dalam jumlah besar. Sepanjang tahun ini pemerintah telah menetapkan impor gula sebesar 3,6 juta ton untuk industri dan 1,1 juta ton untuk konsumsi masyarakat pada awal tahun depan.
Meski demikian, Kementerian Pertanian mengatakan terus berupaya untuk menyeimbangkan produksi dengan kebutuhan untuk menekan impor.
Kementerian Pertanian sebelumnya menargetkan produksi gula nasional mencapai 2,5 juta ton pada 2019. Untuk mencapai target, Kementerian Pertanian menyiapkan 2 strategi untuk mendorong peningkatan produksi gula, baik untuk optimalisasi tanaman maupun dari sisi investasi pabrik.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang menyatakan pemerintah telah menyiapkan anggaran sekitar Rp 70 miliar untuk penanaman dan perawatan lahan tebu baru seluas 14.450 hektare dalam rangka meningkatkan produksi.
"Kami memiliki tugas nasional untuk mengawal target swasembada tahun 2025," kata Bambang di Jakarta, Jumat (9/11).
(Baca: Tujuh Perusahaan BUMN Dapat Jatah Impor Gula 111 Ribu Ton)
Kementerian Pertanian berencana mengoptimalkan pemanfaatan lahan tebu eksisting seluas 444 ribu hektar yang juga akan diperkuat dengan investasi pabrik gula di luar Pulau Jawa.
Tahun ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi gula nasional mencapai sebesar 2,2 juta ton. Menurutnya, produksi tahun ini sudah optimal dengan capaian taksasi pabrik gula hingga November mencapai 2,25 juta ton.
Di samping itu, menurutnya invesatasi pabrik gula berbasis tebu mulai menggeliat. Tercatat sudah ada tujuh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang siap berivestasi sebesar Rp 16,24 triliun dengan luas lahan 189 hektare. Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri, tercatat ada 12 perusahaan dengan rencana investasi Rp 25,2 triliun.
(Baca : Pemerintah Ubah Skema Impor Gula Mentah untuk Rafinasi mulai Bulan Ini)