Pemerintah Terbitkan Surat Utang Sebesar Rp 825,7 Triliun Tahun Depan
Pemerintah menargetkan penerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 825,7 triliun tahun depan. Dari total tersebut, SBN neto sebesar Rp 388,9 triliun, sedangkan sisanya untuk keperluan pembiayaan kembali utang atau refinancing dan cash management.
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, rencananya, porsi SBN valuta asing (valas) sebesar 14-15% dari target tersebut. Ini lebih kecil dari tahun ini. Sepanjang tahun ini total penerbitan SBN sebesar Rp 774,62 triliun, dengan porsi SBN valas sebesar 18%.
"Target penerbitan di semester I 2019, sebesar 50%-60% dari target gross SBN. Khusus untuk financing dalam rupiah, penerbitan di semester I 2019 sebesar 52% dari terget gross SBN rupiah," kata Loto di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (11/12).
(Baca juga: Rem Utang, Penerimaan Perpajakan Digenjot Buat Belanja Negara)
Adapun imbal hasil (yield) SBN disebut Loto masih akan dipengaruhi beberapa faktor global, seperti kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat (AS), termasuk perang dagang AS dengan Tiongkok; penghentian stimulus moneter di Eropa dan Jepang; serta volatilitas harga minyak.
"Tetapi kami menganggap faktor-faktor global tadi masih dalam batas ekspektasi pasar. Biasanya harga surat berharga atau surat utang sangat dipengaruhi hal-hal yang di luar batas ekspektasi pelaku pasar," katanya.
Selain faktor global, Loto menyebut ada faktor domestik yang juga bisa memengaruhi yield. Faktor yang dimaksud yaitu defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang berkaitan dengan potensi pelemahan atau penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, faktor tahun politik.
(Baca juga: Kurs Rupiah Semakin Lemah, Tembus 14.600 per Dolar AS)
"Yang diperhitungkan oleh investor ada juga tahun politik, seberapa kita bisa melalui tahun politik 2019 dengan aman, damai, dan sejahtera," kata Loto.