Risiko Resesi AS Meningkat, Ekspektasi Kenaikan Bunga Fed Melemah

Hari Widowati
14 Desember 2018, 09:52
bursa saham new york
ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat.

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap lebih dari 500 ekonom dan pelaku pasar menunjukkan probabilitas risiko Amerika Serikat (AS) mengalami resesi dalam dua tahun ke depan naik menjadi 40%. Jajak pendapat itu juga menunjukkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate) tahun depan lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya.

Mendatarnya kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS menjadi pemicu kekhawatiran terhadap perekonomian negara adidaya tersebut. Selisih imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun dan sepuluh tahun turun menjadi kurang dari 10 basis poin. Ini merupakan selisih terkecil sejak resesi AS terakhir pada 2008.

Advertisement

Kurva imbal hasil obligasi yang mendatar menunjukkan investor yakin pertumbuhan ekonomi dan inflasi akan melambat. Pembalikan kurva imbal hasil mengawali hampir seluruh resesi yang terjadi dalam 50 tahun terakhir. Hasil jajak pendapat Reuters terakhir kali menunjukkan probabilitas yang tinggi terjadinya resesi pada Januari 2008, hanya 8 bulan sebelum kolapsnya Lehman Brothers yang menyebabkan The Great Recession.

Angka 40% merupakan median yang ditarik dari kisaran probabilitas 15-75% dalam jajak pendapat  6-13 Desember 2018. Adapun jajak pendapat Reuters bulan lalu menunjukkan median probabilitas terjadinya resesi AS dalam dua tahun ke depan di angka 35%.

Kesimpulan tersebut sejalan dengan hasil jajak pendapat Reuters yang menunjukkan momentum ekonomi AS sudah mencapai puncak dan segera memasuki siklus penurunan. Survei Reuters terhadap para analis obligasi, Kamis (13/12), kurva imbal hasil obligasi AS diprediksi akan mengalami pembalikan tahun depan, kemungkinan dalam 6 bulan ke depan. Adapun resesi diprediksi akan terjadi setahun kemudian.

“Kombinasi The Fed yang tidak menganggap pembalikan kurva imbal hasil obligasi AS sebagai satu masalah dan prospek ekonomi global yang kelihatannya tidak membaik akan mengarah pada kesalahan kebijakan moneter yang akan mendorong perekonomian ke dalam resesi," kata Analis Senior AS di Rabobank Philip Marey sebagaimana dikutip Reuters. Ia menyebutkan, belum jelas berapa banyak kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan The Fed tahun depan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement