Risiko The Fed Turun, Gubernur BI Sebut Positif untuk Kurs Rupiah
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut kadar risiko di 2019 lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya. Hal ini dengan melihat kemungkinan kenaikan bunga acuan Amerika Serikat (AS), Fed Fund Rate, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Ini bisa dorongan positif untuk aliran masuk dana asing dan nilai tukar rupiah.
“Kadar risikonya lebih rendah dari perkiraan-perkiraan kami sebelumnya. Oleh karena itu, faktor positif terhadap confident ke Indonesia, termasuk aliran masuk dana asing dan nilai tukar,” kata Perry dalam Konferensi Pers di Gedung BI, Kamis (20/12). Fed Fund Rate diproyeksi hanya akan naik dua kali, lebih kecil dari proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali.
Meski begitu, pihaknya menyatakan tetap memantau risiko ke depan. Adapun arah kebijakan moneter BI tetap preemptive atau antisipatif terhadap kebijakan moneter di negara lain, termasuk di AS dan Eropa. Ini untuk memertahankan daya tarik pasar keuangan domestik.
(Baca juga: Banyak Dana Asing Masuk, BI Ramal Neraca Pembayaran Kuartal IV Surplus)
Perry menjelaskan, kenaikan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada November lalu sebesar 25 basis poin ke level 6% merupakan bentuk kebijakan antisipatif terhadap potensi kenaikan Fed Fund Rate pada Desember ini. “November waktu menaikkan suku bunga sudah mem-price in kenaikan bunga bulan ini dan beberapa bulan ke depan,” kata dia.
Beberapa ekonom juga melihat peluang aliran dana asing masuk di tengah potensi perlambatan kenaikan Fed Fund Rate. Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan dana asing akan kembali masuk bila Fed Fund Rate tidak naik terlalu agresif tahun depan. Apalagi, investor asing menilai Indonesia telah menerapkan kebijakan yang antisipatif untuk merespons kenaikan Fed Fund Rate.
(Baca juga: Risiko Volatilitas Tinggi di Pasar Keuangan pada Paruh Pertama 2019)
Ia menambahkan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada kisaran 5% lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan sebesar 3,7% tahun ini. "Hal ini membuat Indonesia akan di-consider sebagai destinasi (investasi) portofolio yang cukup menarik," ujarnya.
Berdasarkan catatan BI, arus masuk modal asing terus berlanjut. Hal tersebut dinilai mencerminkan kepercayaan investor global terhadap Indonesia menguat. Sepanjang November lalu, aliran masuk dana asing mencapai US$ 7,9 miliar ke saham, surat utang pemerintah, dan surat utang global yang diterbitkan korporasi. Seiring perkembangan tersebut nilai tukar rupiah menguat cukup besar 6,29% secara point to point. Adapun saat ini, rupiah berada di level Rp 14.400 per dolar AS.