Sri Mulyani Lihat Peluang Pertumbuhan Ekonomi 2018 di Atas 5,15%
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2018 bakal berada di bawah target 5,4%, namun bisa di atas 5,15%. Meskipun, estimasi kementeriannya lebih pesimis yaitu hanya 5,15%. Penyebabnya, gejolak global yang terjadi tahun lalu sehingga memengaruhi perekonomian Indonesia.
"Seluruh respons gejolak global mulai terasa pada kuartal terakhir, Oktober sampai Desember. Namun, (proyeksi) tetap angkanya di atas 5,15% didukung konsumsi pemerintah dan investasi," kata dia saat Konferensi Pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 di kantornya, Jakarta, Rabu (2/1).
Gejolak global yang dimaksud di antaranya terkait pengetatan likuiditas global imbas kebijakan normalisasi moneter di Amerika Serikat (AS), perang dagang AS-Tiongkok, hingga penurunan harga beberapa komoditas sumber daya alam (SDA).
(Baca juga: Gubernur BI Paparkan Peluang di Tengah Prediksi Perlambatan Ekonomi AS)
Seiring gejolak yang terjadi, rata-rata nilai tukar rupiah juga meleset jauh dari asumsi awal yaitu Rp 13.400 per dolar AS. Realisasinya tercatat sebesar Rp 14.247 per dolar AS. Adapun nilai tukar rupiah tercatat melemah 6,89% sepanjang tahun (year to date).
Meskipun di bawah target, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 masih lebih baik dari realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 5,07%. Adapun tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, meskipun masih ada risiko lebih rendah, bila melihat proyeksi beberapa lembaga.
(Baca juga: Perubahan Global, Bank Dunia Minta Asia Sesuaikan Model Pembangunan)
Bank Indonesia (BI), misalnya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di rentang 5-5,4% tahun ini, sementara Bank Dunia memprediksikan sebesar 5,2%.