Tarif Tiket Pesawat Naik, JK: Akibat Penyesuaian Kurs Dolar
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai kenaikan harga tiket pesawat terjadi karena adanya penyesuaian terhadap penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Sebab, banyak komponen biaya maskapai penerbangan ditransaksikan dalam dolar AS, seperti pembelian bahan bakar hingga biaya sewa pesawat.
"Karena mereka beli pesawat dengan dolar, beli avtur dengan dolar, tapi tarif tiket pesawat menggunakan (kurs) rupiah. Maka mau tidak mau, ada penyesuaian secara bertahap," kata Kalla di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (14/1).
Menurutnya, dalam penentuan tarif tiket pesawat, setidaknya harus ada dua unsur yang diperhatikan yaitu kepentingan konsumen dan perusahaan.
Apabila kepentingan perusahaan tidak dipertimbangkan, maka konsekuensinya perusahaan dapat ditutup karena mengalami kerugian. Jika perusahaan maskapai bertumbangan, tarif harga dapat ditentukan secara monopoli oleh satu perusahaan yag bisa berujung pula pada naiknya harga. "Nanti tarif tinggi lagi monopoli," ujarnya.
(Baca: Maskapai Penerbangan Sepakat Turunkan Harga Tiket Pesawat)
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengatakan bahwa perusahaan maskapai melakukan transaksi dalam dolar yang saat ini berada dalam tren kenaikan. "Industri penerbangan ini kan capital intensif, orangnya juga banyak tapi cost-nya itu dolar Amerika. Sementara kita tahu dalam negeri ini tarifnya rupiah," kata dia.
Karenanya, berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa maskapai selama dua pekan, Budi pun menilai, industri penerbangan menghadapi kondisi sulit, salah satunya karena tekanan nilai tukar rupiah. Tak hanya di Indonesia, maskapai penerbangan di dunia juga menurutnya banyak yang mengalami kesulitan hingga akhirnya bangkrut karena kondisi industrinya cukup rentan (fragile).
Oleh karena itu, dia pun sempat mengizinkan perusahaan maskapai menaikkan tarif tiketnya akibat kondisi tersebut. "Kami memutuskan memberikan suatu toleransi dengan harga yang relatif murah sama dengan tahun yang lalu," ujarnya.
Namun demikian, penentuan tarif harus memperhatikan struktur biaya dari sisi beban maskapai. Sebab dari total biaya operasional maskapai, biaya sewa (leasing) pesawat dan pembelian avtur merupakan komponen biaya terbesar.
Beban avtur bisa berkontribusi sekitar 35%-40% terhadap total biaya operasional maskapai, sementara sewa pesawat mencapai 25-30%. "Apabila beban ini dapat ditangani dengan baik, biaya tiket pesawat dapat lebih kompetitif," ujarnya.
(Baca juga: Menteri Perhubungan Minta Lion Tunda 2 Pekan Ketentuan Bagasi Berbayar)
Tingginya harga tiket pesawat di luar musim liburan sebelumnya menjadi sorotan publik. Banyak masyarakat meminta maskapai penerbangan untuk menurunkan tarif pesawat setelah musim liburan berakhir. Di berbagai lini masa, pemerintah pun diharapkan mendorong perusahaan-perusahaan itu merevisi harga jual transportasi udara tersebut.
Setelah melalui serangkaian koordinasi, Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia alias Indonesia National Carriers Association (INACA) sepakat untuk menurunkan tiket pesawat. “Kami berkomitmen. Sejak minggu lalu, khususnya Jumat, sudah menurunkan tarif harga domestik,” kata Ketua INACA Ari Ashkara dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (13/1/2019).
Menurut Ari yang juga Direktur Utama PT Garuda Indonesia, keputusan tersebut diambil berdasarkan komitmen positif dari stakeholder, yakni PT Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Airnav, dan PT Pertamina. Anggota INACA juga mendiskusikan keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket penerbangan. Walaupun industri maskapai nasional sedang dalam situasi sulit, mereka akan lebih mendengar keluhan itu.
(Baca: Penghapusan Bagasi Gratis, DPR segera Panggil Manajemen Lion dan Wings)
Karena itulah, beberapa tarif penerbangan domestik, kata Ari, turun sejak Jumat. Sebagai contoh yakni untuk rute Jakarta-Denpasar, Jakarta-Yogyakarta, Bandung-Denpasar, dan Jakarta-Surabaya. Mulai hari ini atau Senin besok, beberapa maskapai akan kembali menurunkan harga tiket penerbangan rute domestik lainnya, di antaranya Jakarta-Padang, Jakarta Pontianak, dan Jakarta-Jayapura.