Bukit Asam Naikkan Investasi Tahun Ini Jadi Rp 6,5 Triliun
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meningkatkan investasi tahun ini. Pertimbangannya, ada beberapa proyek yang akan dijalankan tahun 2019.
Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun 2019, jumlah investasi tidak jauh berbeda dengan 2018, yakni Rp 6,5 triliun. Sedangkan tahun lalu hanya Rp 5,5 triliun.
Tidak hanya investasi, produksi batu bara tahun ini tidak bertambah yakni 27,3 juta ton. Alasannya, keterbatasan angkutan kereta api batu bara.
“Tergantung angkutan kereta api kita. Kalau angkutan dari awal tahun sudah diperkirakan, walaupun harga bagus kita tidak akan menambah," kata Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Suherman, kepada Katadata.co.id, di Jakarta, Selasa (22/1).
Sementara itu, harga batu bara global sejak awal Januari 2019 masih fluktuatif. Berdasarkan trading economics, harga batu bara yang diperdagangkan di Intercontinental Exchange dan di New York Mercantile Exchange, pada 14 Januari hanya mencapai US$ 97 per ton. Pada 17 Januari sempat naik jadi US$ 101 per ton. Akan tetapi, 21 Januari mengalami penurunan menjadi US$ 99 per ton.
Sedangkan, Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Januari 2019 turun ke level US$ 92,41 per ton dari periode Desember sebesar US$ 92,51 per ton. Harga batu bara terus turun sejak September 2018 yang saat itu menyentuh US$ 104,81 per ton.
Pada Oktober mencapai US$ 100,89 per ton dan November US$ 97,90 per ton. Adapun, Januari 2018, HBA sebesar US$ 95,45 per ton. Lalu, naik pada Februari 2018 mencapai US$ 100,69. Sebulan kemudian turun US$ 94,75 per ton. Kemudian, periode April US$ 101,86 per ton. Setelah itu turun ke level terendah pada Mei US$ 89,53 per ton.
(Baca: Bukit Asam Targetkan Produksi Batu Bara 27,3 Juta Ton di 2019)
Penurunan HBA ini disebabkan karena Tiongkok membatasi impor batu bara. Sehingga, pasokan menjadi melimpah. "Pasokan mereka juga masih ada," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, kepada Katadata.co.id, Kamis (3/1).