Fundamental Ekonomi Masih Baik, IHSG Dibuka Naik 0,12%
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Kamis (24/1) dengan positif. IHSG naik 0,12% ke level 6.459,10. Kinerja IHSG sejalan dengan bursa-bursa Asia yang juga bergerak di zona hijau pagi ini.
Indeks Strait Times dibuka terkoreksi namun saat ini sudah kembali hijau dengan kenaikan 0,35%. Indeks Shanghai naik 0,51% walau sempat turun ke zona merah, begitu juga Hang Seng yang kini naik 0,18%. Kospi naik 0,44%, KLCI naik 0,16%, dan PSEi naik 0,71%. Ketiga indeks tersebut sementara ini konsisten bergerak di zona hijau.
Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan perkembangan pola gerak IHSG saat ini terlihat masih cukup kuat dengan peluang untuk terus naik hingga membentuk level resisten baru tahun ini. Ia memprediksi Kamis ini IHSG akan bergerak di kisaran 6.226-6.542 poin.
"Mengingat kondisi masih di awal tahun dan perjalanan panjang masih terhampar ke depan dengan penopang dari sisi fundamental perekonomian yang kuat sebagai bekal hingga masa mendatang," ujar William.
(Baca: Investor Jual Bersih Saham Rp 142 Miliar, IHSG Turun 0,27%)
Sementara itu, Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan pergerakan IHSG hari ini akan dipengaruhi sejumlah sentimen eksternal seperti pembicaraan perdagangan Amerika Serikat dan China serta dampak penutupan pemerintahan (government shutdown) AS.
Indeks AS sendiri kemarin ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones naik 0,70%, S&P 500 naik 0,22%, dan Nasdaq naik 0,08%. Investor menantikan kabar positif dari proses negosiasi AS-Tiongkok yang akan dilanjutkan akhir bulan ini di Washington DC, AS.
Namun, government shutdown yang merupakan rekor terlama sepanjang sejarah AS berpotensi besar menghambat pertumbuhan ekonomi AS. Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih mengatakan kalau shutdown berlanjut hingga Maret, pertumbuhan ekonomi AS triwulan I tahun ini akan mendekati nol persen.
Sedangkan dari sisi domestik, pemerintah masih optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen dapat tercapai kendati mengakui kinerja ekspor impor akan terganggu perang dagang AS-China. Optimisme pemerintah didasarkan pada keyakinan akan tetap menguatnya investasi dan konsumsi.
(Baca: IMF: Prospek Ekonomi Melemah, Bukan Tanda Resesi Global)
Penguatan konsumsi akan didukung oleh inflasi yang terkendali, penurunan tingkat kemiskinan dan rasio gini. Sedangkan investasi didukung oleh berbagai insentif pemerintah seperti tax holiday untuk industry orientasi ekspor, pembangunan infrastruktur dan sistem online terpadu dan juga perbaikan infrastruktur akan memacu investasi.