Pelarangan Sawit Berpotensi Meningkatkan Masalah Deforestasi

Michael Reily
4 Februari 2019, 19:21
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Kebun pembibitan kelapa sawit di Riau.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebut pelarangan kelapa sawit justru berpotensi menyebabkan deforestasi lebih besar akibat tanaman penghasil minyak nabati lain. Sebab, minyak kelapa sawit merupakan  produk minyak nabati paling efisien dibandingkan bunga matahari, kedelai, dan rapeseed.

Peneliti Independen IUCN Eric Mejiaard menyatakan kelapa sawit produk minyak nabati paling produktif, yang mana per 0,26 hektare lahan sawit mampu menghasilkan 1 ton minyak sawit. Ini berbanding terbalik dengan bunga matahari yang memerlukan hingga 1,43 hektare lahan untuk menghasikan 1 ton minyak nabati. Demikian halnya dengan rapeseed  yang membutuhkan 1,25 hektare laham atau kacang kedelai yang memerlukan hingga 2 hektare lahan untuk menghasilkan 1 ton minyak nabati. 

"Jenis tanaman lain memerlukan lahan sampai dengan hingga 9 kali lipat lebih luas untuk menghasilkan satu ton minyak nabati, jauh lebih tinggi dibandingkan kelapa sawit," kata Eric di Jakarta, Senin (4/2). 

(Baca: Gapki: Volume Ekspor Sawit 32,02 Juta Ton Sepanjang 2018)

Eric menyatakan permintaan pasar global terhadap minyak nabati bakal terus meningkat. Riset IUCN mengungkapkan permintaan minyak nabati dunia pada 2050 akan mencapai 310 juta ton, padahal produksi pada 2018 baru mencapai 165 juta ton. 

Dengan permintaan yang besar, minyak kelapa sawit juga disebutnya berkontribusi sebesar 35% terhadap total kebutuhan minyak nabati dunia dengan negara pengkonsumsi terbesar yakni India, Tiongkok, dan Indonesia. Sementara untul proporsi penggunaannya, sebanyak 75%  minyak sawit digunakan untuk industri makanan dan 25% untuk industri kosmetik, produk pembersih, dan biodiesel.

Karenanya, produksi kelapa sawit bakal bermanfaat terhadap lingkungan kalau pengembangannya secara tepat. Penanaman di lahan tropis bakal menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati, tetapi bakal memberikan peningkatan terhadap keanekaragaman hayati kalau penanaman di lahan kritis.

Menurut Eric, sebanyak 30% produksi sawit Indonesia memang merusak hutan karena penanaman terjadi di wilayah tropis, tetapi 70% berkembang di lahan kritis. Dia menegaskan, sawit memang menyebabkan deforestasi, tetapi bukan sebagai penyebab utama.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...